Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya (1)
Ketika Cinta Mengalahkan Segala-galanya--
Hendak Dijadikan Istri Ketiga Pengusaha Arab
Di mata Andre (bukan nama asli) dan Badriyah (juga bukan nama asli) cinta adalah segalanya.
Itulah yang mereka rasakan kali pertama bertatap mata pada pembekalan pegawai baru tempat kerja keduanya, beberapa tahun silam.
Badriyah bertemu Andre pada acara yang digelar di destinasi alam air panas Pacet, Mojoketo. Waktu itu Badriyah tersenyum melihat Andre yang berdandan perlente dengan kalung kertas bertuliskan koruptor.
Sebaliknya, Andre tertawa ngakak mendengar Badriyah yang bolak-balik salah menghafalkan Pancasila. Masak sila ketiga dilafalkan persatukan Indonesia. “Memangnya Indonesia sedang kocar-kacir?” kenang Andre mengingat ucapan Badriyah waktu itu.
Awalnya mereka berteman. Masing-masing keluarga bisa menerima hubungan keduanya. Tapi ketika mereka makin dekat dan keluarga tahu latar belakang agama masing-masing, masalah mulai muncul.
Kedua pihak menyatakan ketidaksetujuan terhadap hubungan anak-anak mereka. Keluarga Andre yang pengusaha properti adalah penganut Katolik taat, sementara keluarga Badriyah berdarah Aceh yang mengusai sebagian bisnis karpet dan kain kawasan Ampel.
Sebenarnya keluarga Badriyah sempat memberi kesempatan kepada Andre untuk jadi mualaf. Tapi Andre menolak, bahkan menawarkan alternatif menikah di luar negeri yang memperbolehkan perkawinan beda agama.
Lantaran ketidaksepahaman itu, hubungan Andre-Badriyah sempat renggang. Hampir setengah tahun mereka tidak bertemu. Tapi, rupanya suara hati tidak bisa dibungkam.
Suatu saat Andre menghubungi Badriyah dan menyatakan memutuskan bersedia jadi mualaf, meski tanpa diketahui keluargaya. Tapi terlambat. Sebab, Badriyah sudah telanjur dijodohkan dengan pengusaha sukses keturunan Arab asal Gresik.
Walau begitu, peluang untuk Andre masih terbuka karena Badriyah sejatinya tidak setuju atas perjodohan itu. “Saya tidak setuju dengan keinginan Abi (sebutan bapak untuk ayah bagi Badriyah, red). Selain orangnya sudah tidak muda lagi, kabarnya saya hendak dijadikan istri ketiga. Ya, ketiga. Ngeri,” cerita Badriyah ke pengacara dia di area Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, baru-baru ini. Memorandum bisa ikut mendengarkan kisah ini karena diperkenalkan pengacara tadi sebagai asistennya.
Badriyah sebenarnya sudah berusaha membatalkan perjodohan ini, tapi usaha itu sia-sia. Segala persiapan sudah dilakukan, bahkan sudah mendekati hari H. Saat itulah kabar Andre hendak jadi mualaf datang.
Tentu saja Badriyah yang masih mencintai Andre mengharapkan dia. “Makanya saya dan dia (Andre, red) nekat kabur ke rumah kerabat yang sepaham di kampung Arab Jember,” aku Badriyah. (jos, bersambung)
Sumber: