Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (3-habis)

Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (3-habis)

Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang--

Menyesal Tidak Mati Bersama Bayi di Kandungan

Seperti diperkirakan dokter puskesmas, dokter di rumah sakit Karangmenjangan mendiagnosis Tiwi dan calon bayinya terpapar virus AIDS. Dipastikan virus ini dipaparkan oleh Parlan.

Selama berada di rumah sakit, tak henti-hentinya kedua orang tua Parlan minta maaf atas kesalahan anaknya.

Mereka mengaku tidak menyangka Parlan punya perilaku yang berpengaruh buruk terhadap anak dan istrinya.

Menyadari penyakit yang dia idap belum ditemukan obatnya, Tiwi stres. Depresi berkepanjangan. Kondisinya makin lama makin drop. Berat badannya turun drastis.

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (1)

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (2)

“Dokter bilang orang dengan AIDS bisa dibuat bertahan, tapi aku sudah telanjur drop. Aku akhirnya keguguran menjelang akhir masa kehamilan,” kata Tiwi.

Tiwi mengaku sempat kecewa kenapa hanya bayinya yang mati. Kenapa tidak dirinya sekalian yang dipanggil Yang Mahakuasa.

Beruntung kedua orang tua Tiwi mampu bersabar dan berhasil mendorong anaknya untuk bertahan.

Perempuan jebolan pondok pesantren di Jombang ini menyatakan tekad untuk menggut cerai Parlan agar memiliki status jelas.

Tidak mengambang. Walau begitu, bukan makud Tiwi untuk menikah lagi setelah menjanda.

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (1)

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (2)

 

“Aku sudah trauma. Aku bermaksud mengabdikan diri mengajar mendirikan taman pendidikan Alquran dan mengajar anak-anak mengenal agama dengan baik,” kata Tiwi.

Tiwi bertekad setelah proses perceraiannya tuntas, dia akan pulang ke rumah orang tuanya di Rempang dan berjuang bersama penduduk setempat untuk berjuang agar tidak terusir dari tanah kelahirannya.

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (1)

BACA JUGA:Kesedihan di Balik Tragedi Kasus Rempang (2)

 

Tiwi membangun jaringannya alumni pondok pesantren untuk ikut melawan kezaliman yang sedang melanda negeri ini, Tidak mudah, memang. Tapi itu harus dilakukan, terutama oleh generasi muda seperti dirinya.

Tiwi ingin bergabung dengan sebagian teman-temannya yang sudah terlebih dul bersatu dengan gerbong pengusung perubahan, yang harus terjadi di negeri ini. “Allah tidak akan merubah nasib suami kaum kalau kaum itu sendiri tidak mau mengubah dirinya sendiri,” kata Tiwi. (jos, habis)

 

 

 

Sumber: