Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (4-habis)

Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (4-habis)

Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan--

Suami semakin Jadi Zalim seperti Firaun

 

Wahai suami, andai saja aku tidak takut dengan perihnya azab, aku mungkin sudah mencintai laki-laki lain yang mempunyai kepribadian jauh lebih baik darimu. Tapi selama menjadi istrimu, aku selalu menjaga cinta ini hanya untukmu.

 

Jika saja aku tidak kasihan padamu, tentu aku dulu sudah kabur darimu dengan membawa uang gadai itu untuk memulai kehidupanku sendiri, tanpa terus menerus disakiti olehmu.

Tapi nyatanya aku malah menyodorkan uang itu kepadamu.

 

Semata-mata aku ingin menunjukkan bahwa aku adalah wanita terbaik yang mampu mendampingimu dalam suka dan duka.

Aku adalah Khadijah terbaik untukmu. Tapi semua itu tampak tidak berarti apa-apa untukmu.

 

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (1)

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (2)

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (3)

Aku capek. Aku hanya ingin menjadi seperti Khadijah, berharap kau pun akan meneladani Muhammad.

Tapi sepertinya aku salah, di saat aku berikhtiar menjadi Khadijah, kau malah mendekati sifat Firaun.

Zalim dan kejam. Aku belum siap mental untuk menjadi Asiah (istri Firaun yang beriman dan sabar), wahai suami!

 

Di tengah kekecewaanku, aku sudah banyak menunjukkan kode-kode keras kepada suami.

Dari mulai mendiamkannya, sampai pulang ke rumah orang tua.

Aku hanya ingin menyampaikan kepadanya, “Tolong, jangan seperti itu. Jangan bersikap begitu. Aku sudah sangat menderita dengan sikapmu itu!”

 

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (2)

Tapi tanggapan yang aku dapatkan apa? Dia bilang, “Maaf, aku hanya laki-laki miskin yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhanmu,” katanya.

 

Ya Tuhan, andai saja hanya karena harta dan status sosial, sudah kutolak lamarannya dari dulu. Aku hanya ingin kita berjuang bersama.

Bukan seperti ini. Aku sudah mengecewakan ibuku, tidak adakah rasa kasihan sedikitpun terhadap seorang tua renta yang telah banyak membantunya itu?

Bahkan orang tuanya sendiri tidak pernah sebaik ibuku mengizinkan dia memegang uang sebanyak itu.

 

 

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (3)

 

Aku sudah tidak punya harapan lagi ketika itu. Aku sudah tidak punya harapan dia akan berubah.

Ucapan dan tindakan sudah tidak mempan lagi untuk menyadarkannya. Aku memilih mundur. Dan di saat aku menyerah pasrah seperti itu, seorang wanita datang

 

Di satu sisi, aku bersyukur Tuhan telah menunjukkan kepadaku bahwa dia bukanlah lelaki yang baik untukku.

Tapi di sisi lain, pengkhianatan tetaplah menyakitkan. Lebih-lebih dia mengkhianatiku di saat aku benar-benar terpuruk seperti ini.

Bukannya bersama-sama menyelesaikan masalah ini, dia malah meninggalkanku sendirian menanggung beban yang menyakitkan ini.

 

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (2)

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (3)

 

 

 

Selama menghadapi ini, aku dan anakku hanya makan nasi dan garam dengan sedikit minyak kelapa untuk mengganjal perut lapar kami.

Perih rasanya hati ini setiap tangan ini menyuapkan makanan ke mulut mungil mereka.

Sementara suamiku dan pacarnya kompak pamer makanan mewah di media sosial.

Setiap hari jalan-jalan ke tempat wisata yang sedang hits.

Sedangkan aku dan anakku, bahkan harus menempuh perjalanan berkilo-kilo meter dengan berjalan kaki untuk mengais rezeki demi kami bisa makan hari ini.

BACA JUGA:Cita-Cita Sederhana Perempuan Jalani Pernikahan (1)

 

Bukan nasi dan garamnya yang membuatku perih, tapi pengkhianatan itu yang membuatku merintih. Apakah dia tidak berpikir kalau aku akan sangat tersakiti dengan perbuatannya itu? Apa sudah hilang seluruh rasa empati di hatinya untuk sekadar menjaga perasaanku?

 

Tuhan, jika saja aku tahu yang kunikahi adalah sosok Firaun yang kejam, aku tidak akan menjadi Khadijah untuknya.

Keenakan dia! Tahu begini, aku harusnya meninggalkannya sesaat setelah mendapatkan uang hasil gadai itu.

Kugunakan untuk membuka usaha kecil-kecilan dan menitipkan anakku ke daycare sementara aku bekerja.

Andai saja saat itu aku melakukannya. Ah, sayangnya aku terlalu dibutakan oleh cinta ketika itu.

Sumber: