Diajak Membuktikan Perselingkuhan Istri secara Live

Diajak Membuktikan Perselingkuhan Istri secara Live

Yuli Setyo Budi, Surabaya Walaupun ragu, Ibra mencoba menerima penjelasan Nurul. Ia berusaha berpikir potitif dan menjauhkan suuzan. Ibra juga ingin memperkuat kepercayaan kepada istri ketimbang orang lain. Ternyata kepercayaan yang diberikan Ibra bukannya dimanfaatkan untuk menandai tobat. Nurul malah menjadikannya sebagai rambu untuk lebih berati-hati sebelum dan selama bertindak menyimpang. Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan. Sejak itu sementara memang tidak terdengar lagi berita atau laporan dari Gondam tentang perselingkuhan Nurul vs Sukoto. Tapi, memang ada beberapa faktor mengapa hal itu bisa terjadi. Pertama, Nurul tidak berani lagi diam-diam kelayapan malam ke kamar Sukoto. Dia khawatir Ibra mempersiapkan jebakan karena sudah tahu jam-jam operasi Nurul bergerilya malam. Kedua, pengakuan Nurul memang benar bahwa dia tak pernah memiliki hubungan khusus dengan Sukoto. Artinya, dalam hal ini, Gondamlah yang tidak beres. Dia telah menyebar kabar bohong soal Nurul vs Sukoto. Ketiga, Nurul dan Sukoto sudah mengubah strategi pertempuran. Mereka tidak lagi kontak senjata di kamar Sukoto. Atau, mereka mengubah jam tayang dari biasanya tengah malam ke waktu-waktu yang lain. Intinya, sejauh ini Ibra sudah tidak mendengar lagi kabar miring tentang istrinya. Pengawasan pun dilonggarkan. Kewaspadaan juga, diturunkan dari status awas menjadi sekadar siaga. Ibra mulai bisa menikmati hari-harinya seperti biasa. Tapi, itu tak bertahan lama. Gondam kembali menemuinya. Kali ini tidak dengan laporan lisan, tapi ajakan untuk menyaksikan langsung perselingkuhan Nurul vs Sukoto. Live sex. Gondam tak mau dicap sebagai pembohong. Penyebar hoax. Dll. Dsb. Dst. Dia ingin membuktikan informasi yang dibawanya mengusung 100 persen kebenaran. Tidak dikurangi, tidak ditambah-tambahi. “Suatu hari dia (Gondam, red) meminta aku pamit kerja ke Nurul, seperti biasa. Namun tidak usah ke kantor beneran, tapi kembali pulang secara diam-diam pada jam-jam tertentu,” kata Ibra. Lelaki paruh baya ini mengiyakan dan bersepakat bersama-sama Gondam bakal membuka rahasia Nurul vs Sukoto. Mereka bakal bersama-sama menyaksikan duel sengit pasangan haram ini di atas ring eh ranjang. Maka, pada hari yang pernah didengar Gondam sebagai hari ketemuan Nurul vs Sukoto, Ibra bersiap-siap menjalankan skenario penjebakan. Dia pamit kerja, namun hanya pergi ke warung kopi di ujung gang. Ibra memesan kopi pahit untuk mengisi waktu. Hatinya deg-deg ser menantikan kabar dari Gondam. Waktu berjalan semenit dua menit, dirasakan seperti sebulan dua bulan; sejam dua jam, dirasakan seperti setahun dua tahun. Masuk jam ketiga setelah pukul 07.00, HP Ibra bergetar. Gondam menginfokan Sukoto sudah keluar meninggalkan kamar. Gondam membuntuti dari belakang agak jauh. Ternyata Sukoto melangkah ke lantai dua, ke kamar-kamar baru yang belum dibuka untuk dihuni. Masih sepi. Suasana kos-kosan pada jam-jam segini memang sepi. Para penghuni pada kerja atau kuliah. Secara sembunyi-sembunyi Gondam merekam perjalanan menegangkan tersebut. Akhirnya Sukoto memasuki kamar yang di pojok. Dekat kamar mandi. Krieeet… kriet… dia membuka dan menutup pintu. Klek, terdengar pintu dikunci dari dalam. Gondam pun mendekat. Ketika Gondam hendak menghubungi Ibra, ternyata lelaki tersebut sudah berdiri tegak di belakangnya. “Sudah masuk,” bisik Gondam. Ibra hanya mengangguk. Dari dalam terdengar cekikian. Lirih. Seperti ditahan-tahan. Suara laki-laki dan perempuan. Sepertinya mereka bergurau. (bersambung)  

Sumber: