Dua Mantan Wali Kota Rembug Noto Malang Raya

Dua Mantan Wali Kota Rembug Noto Malang Raya

Mantan Wali Kota Malang Drs H Sutiaji dan mantan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko berdialog warga di PPOTODA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.--

Malang, Memorandum - Dua mantan kepala daerah, yakni mantan Wali Kota Malang Drs H Sutiaji dan mantan Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko rembug warga, Noto Malang Raya, di ruang Demokrasi Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Senin, 25 September2023.

 

Diskusi rembug warga bertajuk 'Ayo Noto Malang Raya' itu, dikemas dengan berdialog publik dan interaktif. Bersamaan Hari Ulang Tahun ke-25, Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (PPOTODA) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH-UB) Malang.

 

Menurut Ketua PPOTODA, Ria Casmi Arrsa, Rembug Warga Ayo Noto Malang Raya sebagai respons terhadap penataan kondisi di Malang Raya. Lebih khusus, di Kota Malang dan Kota Batu. Mengingat, saat ini sedang masa transisi atau kekosongan kepala daerah. Dan sementara digantikan penjabat (Pj) kepala daerah.

 

“Kondisi transisi ini, kami respons agar rembug warga menjadi jembatan aspirasi dan komunikasi. Agar tata kelola pemerintahan tetap berjalan dengan stabil. Terutama, menghadapi tantangan dan kendala yang mungkin saja terjadi,” terangnya saat ditemui di lokasi acara.

 

Ia menambahkan, dari aspek Sosio-Politik, kekosongan jabatan bisa saja memantik disharmoni, dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Harus dieliminasi dan diminimalisir, sehingga penyelenggaraan pemerintah tetap berjalan normal.

 

"Nah forum rembug warga ini menghadirkan berbagai stakeholder. Mulai unsur perangkat daerah, partai politik (parpol), ormas LSM, organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan serta media,” lanjutnya.

 

Dalam kesempatan itu, Sutiaji yang menjabat Wali Kota Malang periode 2018-2023 menyampaikan, bahwa Kota Malang memiliki potensi yang besar. Tinggal kemauan dari hati apakah ingin menata Kota Malang atau tidak.

 

"Untuk sejumlah potensi, tinggal kemauannya saja. Apakah benar-benar punya keinginan noto Malang atau tidak. Supaya ke depannya lebih bagus lagi. Kata kuncinya, kolaborasi, dengan semuanya termasuk Akademisi,” terang Sutiaji.

 

Menurutnya, bahwa penghayatan terhadap Indonesia Raya harus benar-benar dilakukan. Tanpa adanya pembatasan, dan tidak dikapling-kapling.

 

"Kadang gini, kita itu kadang geer-an ya. Kita Hamba Tuhan tapi memposisikan jadi Tuhan. Menjustifikasi kesana kemari itu milik saya dan sebagainya,” pungkasnya.

 

Sementara itu, Wali Kota Batu Periode 2017-2022 Dewanti Rumpoko menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya acara biasa tersebut. Ia bahkan, memberikan masukan agar ke depan jumlah pesertanya ditambah.

 

“Selain dari birokrasi, teman-teman dewan, institusi dan komunitas lain, yang lebih langsung berpihak kepada masyarakat. Agar masukan dan dialognya bisa lebih gayeng. Penting lagi, Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu harus dilibatkan semua,” kata mantan wali kota yang akrab disapa BuDe ini. (edr/fer)

Sumber: