6 Tahun Krisis Air Bersih, Warga Lingkungan Tegalbatu Butuh Penyelesaian Tangan Panjang Bupati

6 Tahun Krisis Air Bersih, Warga Lingkungan Tegalbatu Butuh Penyelesaian Tangan Panjang Bupati

Ketua Komisi D DPRD Jember H Mochammad Hafidi SSos --

Jember, Memorandum - Kondisi krisis air bersih yang berlarut-larut di Lingkungan Tegalbatu, Kelurahan/Kecamatan Patrang, Jember, membuat Ketua Komisi D DPRD Jember H Mochammad Hafidi SSos angkat bicara.

Setidaknya satu Lingkungan Tegalbatu, sebanyak 70 kepala keluarga (KK) di RT 2/RW 08, 80 KK di RT 3, dan 31 KK di RT 4, yang tiap tahun langganan dilanda kekeringan.

Masalahnya, penanganan selama ini masih bersifat jangka pendek. Pemkab perlu melakukan penanganan jangka panjang, yang tak hanya sekadar mendistribusikan air bersih ke warga. Penanganan jangka pendek tidak akan bisa menyelesaikan masalah yang ada.

“Pola penanggulangan selalu sporadik itu tidak menyelesaikan masalah bagi warga masyarakat di tahun yang akan datang,” ujar Hafidi. 

Apalagi keluhan setiap musim kemarau terus terjadi, Hafidi asal fraksi PKB mendesak Pemkab membuat terobosan untuk mengatasi krisis air bersih yang selalu terjadi setiap tahun. 

"Setiap tahun pasti terjadi. Kalau tidak lewat mobil tangki, ya lewat bantuan BPBD, dan PMI serta yang lainnya. Menurut kami, itu tidak memberikan solusi,” tambahnya.

Soal air bersih, politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini menyampaikan bahwa seharusnya Perumdam Khayangan bisa menyelesaikan. Membangun infratruktur melalui kemampuan modal yang dimilikinya. Ia berharap Pemkab bisa  menjaga ketersediaan air bersih di wilayah tersebut.

"Kondisi darurat semacam ini hendaknya bupati segera ambil langkah  minimal memasukkan kebutuhan pengeboran atau pipanisasi pada Rencana Perubahan Anggaran 2023 ini, sehingga masalah  kebutuhan pokok dasar masyarakat  ini segera teratasi, "sarannya.

Pada intinya, lanjut Hafidi, dewan menekankan agar terobosan semacam itu cepat dilakukan tanpa harus menunggu dan menunggu.

“Sangat konyol, setiap tahun kita diributkan masalah air, dan kita selalu kirimkan air dengan tangki. Itu tidak sistematis, tidak berkesinambungan, seperti bukan negara. Banyak ruang dari aturan yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan,” tambahnya.

Menurut Ketua RW 08 Lingkungan Tegalbatu, Mursid, krisis air bersih sudah sejak 2017, menjadi langganan ketika kemarau berkepanjangan selalu mengalami kekurangan (krisis) air bersih untuk kepentingan dapur.

"Sudah enam tahun berlalu sejak 2017 bila memasuki kemarau berkepanjangan warga mandi ke sungai kecil, dan ke rawa-rawa serta menumpang ke rumah tetangga yang sumurnya dalam. Untuk minum dan memasak menggantungkan bantuan, " jlentreh Mursid.

Masyarakat membutuhkan kehadiran pemerintah dalam penyelesaian jangka panjangnya, yakni untuk diberikan fasilitas umum sumur bor dan pipanisasi ke rumah warga, lantaran air merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

"Penyaluran atau bantuan air bersih dari tengki yang sifatnya penyelesaian sementara, karena sudah sudah lima tahun lebih warga mengalami kesulitan air tidak ada solusinya," bebernya.

Sumber: