Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (6)

Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (6)

Winih tidak bisa menyembunyikan kecemburuan. Dia menghentakkan kaki seperti orang tancap gas hendak melabrak Jostro dan perempuan tadi. Gembes menoleh dan tertawa geli. “Jangan bikin onar di sini Mbak. Ini kawasan elite. Malu-maluin. Diselesaikan di rumah aja,” kata Gembes sambil memegang lengan Winih yang tampak hendak turun dan melabrak suami. Untung Winih cepat tersadar. Dia segera mengajak Gembes balik kanan dan pulang. Malam itu ternyata Jostro tidak pulang. Begitu juga keesokan harinya dan keesokan lagi. Jostro baru menginjakkan kaki di rumah pada hari keempat. “Dari mana saja kok lama, tidak seperti biasa?” sambut Winih dengan nada bicara keras dan warna wajah muram. “Diajak Bos naik gunung,” jawab Jostro kalem. “Gunung kembar? Sama Say ya?” “Say siapa?” “Yang menelepon kamu kapan hari.” Deg! Dada Jostro berdesir. Walau begitu, dia berusaha menyimpan keadaan hatinya. Jostro tampaknya tidak ingin kedekatannya vs Ningrat terendus sang istri. Maka, ia mencoba berkelit dengan beberapa jurus. “Kamu jangan berbohong. Siapa perempuan yang kau tulis dengan nama Say di HP-mu?” “Bukan siapa-siapa.” “Ningrat atu Kemala?” Winih mencoba menyudutkan Jostro. Lelaki itu tampak salah tingkah. “Atau Ningrat itu Kemala? Kemala itu Say? Jawab,” pinta Winih. Meski bernada amarah, Winih sanggup menyampaikannya dengan volume sedang-sedang saja, “Atau sebaliknya? Say itu Kemala? Kemala itu Ningrat?” Jostro tidak tahu harus bicara apa. Dia hanya diam dengan bola mata berkeliaran ke sana-kemari pertanda bingung. “Jangan dikira aku orang desa yang tidak tahu apa-apa,” tutur perempuan yang mengaku memiliki tahi lalat di pipi dan di bawah dagu ini. “Kalau sudah tahu ya sudah. Kamu mau apa?” tantang Jostro. (jos, bersambung)    

Sumber: