Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (1)

Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (1)

Maksud Winih (samaran) menikah muda adalah agar bisa membahagiakan diri dan mengurangi beban orang tua. Karena itu dia memutuskan mengakhiri masa lajang begitu lulus SMA. Ternyata mengelola rumah tangga tidaklah semudah mengatur teman sekelas di sekolah. Jauh lebih ruwet walau hanya ada dua kepala yang harus disatupadukan dalam menghadapi permasalahan yang senantiasa muncul dan berkembang. Butuh komunikasi yang baik dan kesabaran mengatasi persoalan. Itulah yang dia rasakan. Pernikahan yang dibayangkan sangat indah ternyata penuh problematika. Walau begitu, Winih merasakan selalu saja ada jalan keluar setiap dihadapkan kesulitan. Hanya, kadang warga Pagesangan ini merasakan masalah yang dihadapi seperti tidak ada solusi. Hanya seperti. Saat bertemu Memorandum di kantor pengacara untuk mengonsultasikan masa depan keutuhan rumah tangganya, Winih mengatakan keluarganya nyaris kandas. Hancur berkeping. Perempuan yang mengaku sempat tinggal di panti asuhan ini menjelaskan bahwa dia berasal dari keluarga pas-pasan. Ia sempat bekerja di pabrik alat-alat rumah tangga, Rungkut. Di sanalah dia berkenalan seorang pemuda, sebut saja Jostro, yang kini jadi suami. “Orangnya lugu. Humoris. Wajahnya bundar kayak Boboho. Menyenangkan,” tutur Winih. Sebulan setelah perkenalan, Jostro mengajak Winih pulang ke rumahnya di Medan. Mau diperkenalkan orang tua. Tapi, Winih menolak. Dia baru mau dibawa ke Medan kalau mereka sudah menikah. Jostro kemudian  minta ibunya datang ke Jawa. Ke Surabaya. Melamar. Tidak butuh proses lama, pernikahan mereka berjalan setelah mereka menjalin hubungan selama setahun. Waktu itu usia Winih baru 19 tahun, sedangkan Jostro berusia 22 tahun. Sayang, perkawinan mereka terguncang saat Jostro ditangkap polisi karena ikut pesta minuman keras beberapa teman kerjanya di gudang. Dia sempat harus mendekam di penjara selama tujuh bulan. Keluar dari penjara bukannya sadar, Jostro justru menjadi-jadi. Sepertinya dia banyak belajar selama di penjara. “Tidak berapa lama bebas, Mas Jostro tertangkap lagi. Kali ini karena terlibat curanmor,” kata Winih. Winih mencoba bersabar sekuat tenaga menunggu Jostro keluar dari penjara. Godaan silih gerbanti datang. Godaan terbanyak dari para pria hidung belang. Untung Winih cukup kuat. “Beberapa tahun lalu dia bebas. Kali ini rupanya dia sudah benar-benar kapok,” kata Winih, yang menambahkan bahwa Jortro dapat pekerjaan baru. Dia sempat bangga Jostro memamerkan seragam barunya. Warna hitam. Memakainya, Jostro tampak gagah dan berwibawa. Lambat laun penghasilan Jostro makin besar, besar, dan besar. Mereka tidak lagi bertempat tinggal di kamar kos yang sempit. Sudah pindah ke rumah kontrakan seperti keluarga normal pada umumnya. (jos, bersambung)  

Sumber: