Dilema Perempuan Berjilbab Bersuamikan 2 Hati (2)

Dilema Perempuan Berjilbab Bersuamikan 2 Hati (2)

Setiba di rumah sakit, Rohim diberi minum perawat. Air putih biasa. Air mineral. Ajaib, setelah itu kondisi Rohim berangsur-angsur membaik. Belum sempat ditangani dokter, Rohim merasa fit dan minta pulang. Kondisi itu seperti itu sering berulang, tapi tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Semua serba mendadak dan mengejutkan. Cara menghentikannya pun tidak pasti. Beragam. Kadang diberi air putih sudah bisa reda. Kadang harus dibaringkan tanpa alas kepala. Kadang seluruh tubuh harus diolesi minyak gondopuro. Dll dsb dst. “Suatu saat Mas Rohim kambuh dan tidak bisa dipulihkan. Apa pun caranya.  Kami sudah membawanya ke rumah sakit, tapi tidak ada perubahan,” kata Welas. Sampai lebih dari dua pekan, tidak ada perbaikan berarti. Rohim masih harus opname, entah sampai kapan. Hingga suatu saat menjelang Duhur ada seorang perempuan menjenguk. Teman sejak kecil Rohim. Sampai kuliah mereka selalu bersama, bahkan ada sas-sus bahwa perempuan itu, sebut saja Wulan, pernah dekat dengan Rohim. Saat bertemu di rumah sakit, Welas mengaku sempat cemburu. Sebab, Wulan yang sudah menjanda itu duduk di kursi dekat kepala Rohim yang tidur di papan ranjang kamar rawat inap. “Kulihat dia memegang gelas dan sepertinya baru memberi minum Mas Rohim. Saya yang waktu itu membuka pintu kamar sempat kaget sampai berteriak kayak orang tercekik,” kata Welas. Wulan minta maaf. Dia menjelaskan bahwa dia terpaksa memberi minum Rohim yang waktu dia datang tampak batuk-batuk dan tak mampu menggapai gelas di meja dekat ranjang. Welas yang baru kali itu bertemu Wulan bisa memaklumi. Rohim yang merasa tidak enak. Dia lantas menjelaskan bahwa Wulan adalah temannya sejak kecil. Kebetulan dia membesuk teman yang sedang sakit. “Tadi dia lewat di depan pintu yang terbuka. Perawat rupanya lupa menutup setelah memberi obat,” kata Welas menirukan Rohim. Ketika melihat ke dalam, Wulan kaget melihat Rohim terbaring. Lantas terjadilah peristiwa tadi: Wulan memberi minum Rohim. Mereka kemudian ngobrol ke sana-kemari. Sepulang Wulan dari rumah sakit, Rohim mendadak merasa kondisinya fit. Dia bahkan minta pulang. Dokter yang dipanggil Welas dan diminta memeriksa kondisi Rohim sampai terheran-heran melihat kondisi Rohim. Walau begitu, dokter membenarkan bahwa kondisi Rohim memang sudah sehat. Dia juga menyatakan heran karena tadi pagi waktu dia periksa, Rohim masih tersengal dan merasa tubuhnya lunglai. Sebulan setelah itu Rohim sehat-sehat saja. Sampai suatu sore dia drop lagi setelah mendengar Wulan kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit oleh penabraknya. Dia dikabari Wulan sendiri. (jos, bersambung)    

Sumber: