Perkawinan yang Tabrak Hitungan Weton dan Neptu (4-habis)

Perkawinan yang Tabrak Hitungan Weton dan Neptu (4-habis)

Yanto tidak menanggapi. Dia hanya bengong melihat wajah temannya yang cerah ceria. Rupanya lelaki tersebut baru menyadari temannya sedang galau. “Kenapa kamu di sini?” tanya Udin kemudian. Lirih dan lembut. Yanto tetap belum menjawab. Dia malah menarik Udin duduk di sampingnya. “Tidak mungkin kan kamu bercerai? Kamu baik. Marni pun baik. Tidak ada alasan bagi kalian untuk berpisah,” kata Udin lagi. Ternyata lelaki yang dipanggil Yanto dengan sapaan Udin tadi adalah duda anyar yang vonis perceraiannya baru diketok hakim. “Istriku selingkuh. Dengan teman ngajar-nya,” kata Udin, yang lalu bercerita soal kegagalan rumah tangganya. Memorandum yang kenal Win sebagai lawyer yang sering mendamaikan pasangan yang hendak bercerai mengajak Yanto bertemu dengannya. Kepada Win, Yanto menceritakan semuanya. Win terseyum. Yanto nyengir. Memorandum garuk-garuk kepala. ”Memangnya Mas Yanto sudah memikirkan dampak positif dan negatifnya?” tanya Win. Yanto meringis. “Lebih dalam lagi, apakah Mas Yanto tidak melihat apa yang bakal Mas Yanto lakukan ini menyimpang dari ajaran agama kita?” tambah Win. Yanto blingsatan. Tak berani menatap wajah Win. Juga Memorandum. Yanto menunduk. Yanto akhirnya mengakui bahwa sebenarnya memang tidak ada apa-apa yang bisa dijadikan alasan untuk menceraikan Marni. Dia masih mencintai Marni. Sebaliknya, Marni juga masih mencintainya. “Jangan sampai Mas Yanto terjebak tahayul dan khurafat, yang sama sekali tidak diajarkan dalam agama,” tandas Win. Yanto manggut-manggut, membenarkan pendapat Win dan menceritakan pendapat ayahnya. “Ayah bahkan menyarankan saya mengajak Marni hidup terpisah dengan Bapak (mertua, red). Ayah melihat pengaruh Bapak mulai merusak akidah saya,” aku Yanto berterus terang. Yanto menambahkan, ayahnya bahkan rela membantu Yanto menambah dana bila masih kekurangan untuk kos atau menyewa rumah. “Yang penting kalian harus keluar dari rumah yang kalian tinggali sekarang. Harus. Tidak bisa tidak,” kata ayah Yanto seperti ditirukan anaknya. Tak lama kemudian Yanto pamit sambil menyalami Win dan menyelipkan sesuatu ke tangan pengacara berdarah Madura ini. Win kaget dan secepatnya mengembalikan sesuatu tadi dan memasukannya ke saku baju Yanto. Tiga hari kemudian Memorandum ditelepon Yanto. Dia bercerita bahwa dia dan bapak mertuanya terlibat pertengkaran mulut dahsyat. Yanto yang pamit mengajak Marni tinggal di rumah kontrakan ditentang habis-habisan. Yanto bahkan terang-terangan diusir harus meninggalkan rumah tanpa membawa serta istri. Marni menangis bingung. Meraung-raung. Menjerit-jerit. Ketika Yanto benar-benar pergi meninggalkan rumah, Marni yang mencoba menahan Yanto dengan memegang erat tangan sang suami dibetot sekeras-kerasnya oleh ayahnya. Yanto tegang sejenak, namun  kemudian melangkah melewati pintu. Agak ragu, tapi kakinya terus terayun makin jauh meninggalkan rumah. Meninggalkan bapak mertua. Dan meninggalkan Marni, istri yang sangat dicintai. Yanto sempat galau. Tapi tidak lama. Tiga hari kemudian Marni menyusul ke rumah yang dikontrak Yanto di kawasan Wiyung. “Alhamdulillah. Marni berjanji akan tinggal bersama apa pun yang terjadi. Dia yakin Allah pasti akan membantu,” kata Yanto, yang mengaku sengaja menelepon Memorandum yang juga tinggal di kawasan Wiyung. (jos, habis)      

Sumber: