Ketika Melihat Wajah Istri Tampak Biasa-Biasa Saja (1)
Kehilangan Gairah saat Pasangan Mengisyaratkan Sedang Ingin… Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Minggu (17/11) silam Memorandum diundang mantenan di Paciran, Lamongan. Pengantinnya ganteng dan cantik. Yang perempuan lulusan S2 perguruan negeri di Surabaya, sedangkan yang pria bergelar Lc lulusan Maroko. Kisah ini bukan tentang mereka. Tapi, soal pembicaraan undangan yang duduk di belakang Memorandum. Bila mendengar isi dialognya, mereka adalah pasangan Ustaz dan santrinya yang tidak sengaja bertemu pada acara ini. Entah mulai kapan keduanya berbincang, yang jelas Memorandum mulai tertarik dan seksama mengikutinya ketika lelaki lebih muda yang tampaknya biasa jadi jemaah taklim sang Ustaz berkata, “Sungguh Ustaz, sudah hampir setahun ini saya kehilangan gairah saat istri mengisyaratkan sedang ingin...” “Masa? Istri Njenengan masih tampak muda dan cantik lho. Yang kadang ikut majelis itu kan?” “Ya, Ustaz. Saya sendiri heran.” Hening agak lama. Hanya terdengar desah-desah napas. Memorandum sangat ingin menolah ke belakang dan melihat wajah-wajah mereka, tapi takut dikira kepo atas pembicaraan keduanya. Mudah-mudahan saja mereka tidak menyadari dialognya sedang Memorandum simak “Mungkin Ustaz punya solusi dan doa-doa untuk meningkatkan kembali gairah terhadap istri.” “Apa ya?” “Tolonglah, Ustaz…” Pada saat bersamaan, pembawa acara mempersilakan para undangan menikmati hidangan. Memorandum kecewa karena kehialngan momen dan akan mengangkat pantat hendak berdiri untuk menuju meja panjang hidangan yang disajikan secara prasmanan. “Oke nanti saja. Kita makan dulu.” Memorandum akhirnya berdiri sambil milirik ke belakang. Ternyata satu di antara kedua orang tadi tampak masih gagah. Usianya sekitar 40 tahun. Tapi, wajah orang ini tidak fresh. Ada nuansa kesedihan menggantung di sana. Yang satu lagi agak sepuh. Sekitar 60 tahunan. Garis-garis wajahnya menunjukkan dia seorang pekerja keras. Tidak tampan tapi bersih. Bibirnya selalu menyungging senyum. Enak dilihat. Memorandum selalu mengambil posisi di belakang mereka agar tidak kehilangan momen lanjutan pembicaraan tadi. Jadi, ke mana pun mereka jalan, Memorandum pasti mengekor. Alhamdulillah mereka duduk kembali di kursi semula. Memorandum lantas duduk di kursi seperti tadi, di depan mereka. Sambil berpura-pura cuek agar tidak terlihat seperti orang nguping. “Usia Njenengan berapa?” “Sekitar 42 tahun, Taz.” “Lelaki pada usia segitu seharusnya sedang greng-grengnya.” “Iya Ustaz. Makanya saya butuh nasihat dari Ustaz.” “Maaf, suka main-main di luar?” “Astaghfirullah, tidak pernah Ustaz. Nauzubillahi minzalik.” “Alhamdulillah. Bagaimana perasaan Njenengan saat melihat istri?” “Ya biasa saja Ustaz.” “Kalau melihat perempuan lain?” (bersambung)
Sumber: