Perkawinan yang Tabrak Hitungan Weton dan Neptu (1)

Perkawinan yang Tabrak Hitungan Weton dan Neptu (1)

Yanto (samaran) sama sekali tidak percaya tahayul, gugon tuhon, kurafat, dan lain-lain, dan sejeninya. Karena itu, ketika tahu orang tua pacarnya 100 persen wong Jowo tulen, dia sempat linglung. Yanto khawatir rencana menikah dengan gadis idamannya, sebut saja Marni, gagal gara-gara perkara tadi. Untuk itu, Yanto punya rencana nyleneh jika suatu saat harus menghadapi masalah tersebut. Dan dugaannya terbukti benar. Ketika hendak melamar Marni, Yanto memastikan bakal disetujui keluarga Marni. Untuk itu, sebelum digelar lamaran resmi, dia sowan ke ayah dan ibu Marni. Dalam pembicaraan itu, ayah Marni, sebut saja Kasto, menyatakan pada dasarnya tidak menghalang-halangi keinginan anaknya kawin dengan siapa pun. Siapa saja. Kaya-miskin tidak jadi penghalang. Apa pun pekerjaan si calon suami anaknya tidak masalah. Yang penting mereka saling sayang. Mendengar penjelasan tersebut hati Yanto sempat adem ayem. Tampaknya rencana melamar Marni bakal berjalan lancar. Namun di akhir pembicaraan, ternyata si calon mertua menanyakan tanggal lahir Yanto. “Sebab bila hitungannya tidak pas, rumah tangga kalian bisa berantakan,” kata Yanto menirukan ucapan Kasto, saat menceritakan itu di kantor pengacaranya, Win, dekat Pengadilan Agama Surabaya. Mak-deg… dada Yanto berdetak. Untungnya jauh hari sebelum menyatakan akan melamar sang pacar, Yanto sudah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk bila harus menghadapai hal-hal yang beginian. Jadi, untuk soal yang satu ini, Yanto mempersiapkan betul apa yang harus dia kuasai untuk menghadapi calon mertua. “Saya mempelajari weton, neptu, dan hari-hari baik menurut penanggalan Jawa,” kata Yanto. Yanto berharap keinginannya menikahi Marni tidak gagal hanya gara-gara hitungan weton dan neptu. Marni setuju. Mereka lantas umeg menghitung-hitung weton masing-masing dan menjumlahkannya. Dan ternyata zong. Hasil penjumlahan hari lahir mereka ketemu 27 yang berarti pegat. Menurut buku primbon yang mereka baca, pasangan yang penjumlahan hitungan hari lahir ketemu pegat akan menemui banyak masalah. Mulai masalah ekonomi, kekuasaan, perselingkuhan, hingga masalah-masalah pelik masalah lain. “Jujur kami sempat gemetaran. Khawatir jangan-jangan itu benar-benar terjadi. Apakah kami harus mengurungkan rencana nikah hanya gara-gara hitungan weton dan tetek bengek­-nya yang nggak masuk akal itu?” ujar Yanto, yang menambahkan  bahwa Marni sampai berkeringat sekujur tubuh. Marni juga mengaku matanya klemun-klemun mau pingsan. Dalam kondisi demikian, tanpa pikir panjang Yanto menawarkan solusi kepada gadis yang dipacarinya sejak dua tahun menjadi mahasiswa di Surabaya ini. “Kami lantas bersepakat untuk menjadikan hitungan hari kelahiran kami ketemu ratu. Hitungan terbaik menurut primbon,” kata Yanto. Tidak hanya Marni, kedua orang tua dan keluarga Yanto pun sepakat dengan ide Yanto mem-plokotho (rekayasa) tanggal lahir Yanto. Soalnya tidak mungkin mem-plokotho hari kelahiran Marni. (jos, bersambung)  

Sumber: