Menyatukan Dua Hati yang Tidak Searah Kiblat (2-habis)
Bilal merasakan bahwa konsep ketuhanan Kristen sangat tidak kasuk akal. Dia lantas mencoba membandingkannnya dengan konsep ketuhanan d Islam. Tapi masalahnya dia tidak tahu banyak tentang Islam. Maka, bilal berusaha bertanya soal konsep ketuhanan ke pakdenya yang dikenal sebagai ustaz. Sejak itulah Bilal mengenal tauhid dan ajaran utama tentang Islam. “Saya juga menjadi rajin baca Quran. Supaya mengerti artinya, saya membaca juga terjemahannya,” kata Bilal. Hingga suatu saat dia menemukan ayat yang isinya melarang seorang muslim nikah dengan orang kafir. Antara lain Al-Baqarah 221 dan An-Nisa 25. Bilal langsung merasa tertampar. Dia mencoba mendalami ayat tadi dengan membaca ayat-ayat terkait. “Intinya mengisyaratkan bahwa perkawinan beda agama tidak sah. Itu berarti bila pelakunya berhubungan intim, mereka bisa dikategorikan zina. Jujur bulu kuduk saya bergidik,” kata Bilal. Bilal tahu berzina adalah dosa besar dan pelakunya diancam azam neraka yang amat pedih. Bilal mengaku sempat berkeringat dingin membaca ayat tersebut, seolah hukuman itu sudah berada di depan mata. Diakuinya dia berat meninggalkan Maria. Sebab, selain cantik, Maria tergolong sebagai perempuan yang tidak banyak tingkah dan sabar. Maria juga sangat patuh kepada suami. Maria tidak pernah membantah perintah suami, kecuali satu masalah ini: pindah agama. Padahal, inilah pokok persoalan yang menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. “Jujur saja sangat berat harus berpisah dengan Maria. Kalau bukan karena ini perintah agama, aku tidak akan pernah meninggalkan dia. Karena itulah sangat lama aku memberi waktu dia untuk berpikir soal rencana perpisahan kami,” katanya dengan mimik sedih dan wajah keruh. Selanjutnya Bilal mencoba mengajak Maria masuk Islam dengan benar dan mereka melanjutkan rumah tangga dengan bahagia. Seperti diduga sebelumnya, ajakan itu ditepis dengan keras. Maria mengaku lebih baik hidup sendiri daripada pindah agama. “Saya mencoba mengajaknya dengan baik-baik saja, bahkan mengajaknya berdiskusi memakai akal sehat,” kata Bilal. Bilal memberi waktu Maria untuk berpikir. Mempertimbangkan untuk melanjutkan rumah tangga dengan Bilal namun harus pindah agama atau berpisah saja di tengah jalan dan melanjutkan hidup sendiri-sendiri. “Kalau aku, jujur saja takut ancaman di hari akhir nanti kalau mempertahankan rumah tangga dengan Maria,” kata Bilal. (jos, habis)
Sumber: