Indonesia Dorong Pembentukan Hub Riset ASEAN sebagai Pusat Keilmuan Dunia

Indonesia Dorong Pembentukan Hub Riset ASEAN sebagai Pusat Keilmuan Dunia

Jakarta, memorandum.co.id - Pemerintah Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pembentukan fasilitas hub riset untuk para peneliti ASEAN agar bisa mengoptimalkan potensi penuh mobilitas untuk kemajuan Asia Tenggara. Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN Ahmad Najib Burhani berharap hub riset tersebut dapat mempererat hubungan pertemanan negara-negara di kawasan Asia Tenggara Menurutnya, hub riset ASEAN akan melahirkan kekuatan baru dari keilmuan yang ada di dunia. Keberadaannya pun bisa menjadi kompetitor bagi negara-negara barat seperti Eropa, Amerika, hingga Australia, yang selama ini sering dikenal sebagai mercusuar dalam bidang keilmuan. Populasi penduduk di Asia Tenggara yang mencapai 670 juta jiwa memberikan posisi yang cukup strategis. Kekuatan alam berupa biodiversitas yang beragam juga merupakan modal penting bagi ASEAN untuk bersama-sama mengembangkan penelitian terhadap potensi ini. Adapun kerja sama riset yang bisa dilakukan antara negara-negara ASEAN itu bisa dalam bentuk berbagai bidang, seperti biodiversitas, perubahan iklim, dan lingkungan yang menjadi isu masa depan. Dengan adanya hub riset ASEAN, kawasan Asia Tenggara tak hanya akan menjadi pusat keilmuan dan produksi pengetahuan baru, melainkan juga pusat industri di dunia. Di sisi lain, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko berambisi agar BRIN menjadi pusat kolaborasi riset para ilmuwan dari negara-negara ASEAN. Berbagai pihak dapat memanfaatkan laboratorium milik BRIN untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. “Melalui program mobilitas periset, kami ingin menjadikan kawasan BRIN menjadi hub kolaborasi untuk negara-negara ASEAN, khususnya biodiversitas dan nuklir, serta antariksa,” ujarnya dikutip, Senin (31/7/23). Pihaknya mengklaim riset BRIN tentang biodiversitas, nuklir, dan antariksa adalah yang paling besar jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara. BRIN menetapkan fokus kepada pemanfaatan biodiversitas mengingat potensi besar yang dimiliki Indonesia. Selama dua tahun didirikan, BRIN dikatakan terus berupaya untuk menjadi lembaga riset yang kuat dengan menghasilkan karya ilmiah, yang berguna bagi masyarakat luas. Kepala BRIN Handoko juga menyebut berbagai infrastruktur terus dipenuhi agar dapat menunjang keperluan penelitian. (*/rdh)

Sumber: