Cinta Buta Penghancur Rumah Tangga Bahagia (2-habis)
Tidak bisa dipungkiri, cinta Zainul kepada Indah sangat besar. Cinta itu seolah tak pernah lapuk atau berkarat. Meski kini perempuan tersebut sudah menjadi janda dan beranak tiga. “Cinta saya seolah buta dan mendapat peluang terbuka ketika suami Indah meninggal,” kata Zainul terus terang. Saking butanya cinta tersebut, dia sibuk ke sana kemari untuk mencari pembenaran agar cintanya kepada Indah bisa dimaklumi. Dia menemui beberapa teman untuk konsultasi. Juga beberapa kiai. Tapi tidak satu pun yang membenarkan bila Zainul nekat menikahi Indah tanpa sepengetahun Lastri. “Memang ada sebagian kiai yang membenarkan. Tapi dengan sekian catatan. Sekian asalkan,” kata Zainul. Fakta ini semakin menambah kebingunan Zainul. Samai suatu saat dia bertemu dengan mantan teman SMP yang kini katanya menjadi seorang kiai. Surbannya sangat besar dan tak pernah dilepas dari kepalanya di mana saja. “Suatu hari saya bertemu teman itu di acara yang diadakan pejabat pemerintah. Saya diundang dari kalangan pengusaha, dia dari kalangan kiai dan tokoh agama,” kata Zainul. Dari percakapan di acara itu, Zainul diundang kiai temannya tadi ke pondok pesantren dia yang berada di pinggiran kota. Tempatnya besar dan megah. Santrinya banyak dan tampaknya bukan dari kalangan biasa. Zainul diminta melakukan ritual sederhana di ruangan. “Katanya di situlah teman saya itu biasanya menggelar ibadah khusus untuk mendapatkan karomah dari Yang Maha Kuasa,” kata Zainul. Setelah itu wajah Zainul diusapi minyak wangi yang baunya bernuansa kearab-araban. “Dia lantas mempersilakan saya menikahi Indah walau tanpa sepengetahuan Lastri. Ndakpapa. Kalau pada akhirnya ketahuan, lambat laun Lastri akan pasrah dan mau menerima Indah sebagai madunya,” kata Zainul. Maka dinikailah Indah. Rumah tangganya disembunyikan dari Lastri. Beberapa hari waktu mengurus karyawan pekerja di Kalimantan dijadikan alasan Zainul untuk pulang ke rumah Indah. Begitu rutin berjalan hampir setahun dan tidak ketahuan Lastri. Bahkan sampai Indah anak pertama dengan Zainul. Dan entah tahu dari mana, tiba-tiba suatu hari perempuan itu marah-marah . Zainul diberi pilihan: secepatnya menceraikan Indah atau Lastri yang akan menggugat cerai Zainul di pengadilan agama. Zainul sempat grogi. Dia mengulur waktu sambil menunggu janji kiai tadi bahwa lambat laun Lastri bakal menerima Indah sebagai madunya. Ditunggu sehari-dua hari hingga sebulan-dua bulan, kenyataan Lastri bakal pasrah dimadu tidak juga menjadi kenyataan. Sampai beberapa hari lalu muncul surat panggilan sidang dari PA. Zainul sempat berusaha menemui temannya yang kiai untuk konsultasi, tapi ternyata tidak mudah menemuinya. “Sampai sekarang saya tidak bisa menemuinya. Padahal dulu saat rutin konsultasi ketika hendak menikahi Indah, dia gampang ditemui. Bahkan dia sering datang ke rumah untuk minta kelengkapan syarat-syarat ritual,” kata Zainul. (jos, habis)
Sumber: