Ibadah Haji Setelah Nabi Ismail AS Wafat, Masuknya Berhala di Kota Mekkah

Ibadah Haji Setelah Nabi Ismail AS Wafat, Masuknya Berhala di Kota Mekkah

Memorandum.co.id - Perjalanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail membuahkan sejumlah ajaran dan kebudayaan yang sampai sekarang masih terpelihara oleh umat Islam, seperti ibadah haji dan peristiwa kurban. Namun, setelah Nabi Ismail wafat, masyarakat Arab melenceng dari ajaran Nabi Ibrahim yakni pada periode tokoh Mekkah ‘Ammarbin Luha, ritual haji mulai terkotori dengan kahadiran patung dan berhala. Keberadaan Berhala di Sekitar Ka'bah Tokoh ‘Ammar bin Luhay merupakan orang yang pertama kali menyebarkan ajaran menyembah berhala di seluruh Jazirah Arab. Dialah yang bertanggung jawab merubah ajaran tauhid menjadi menyembah berhala. Sejak itu, orang-orang Arab meletakkan patung dan berhala yang mereka anggap sebagai tuhan di sekitar Ka’bah. Bahkan sebagian kabilah Mekkah mempunyai mata pencaharian sebagai pembuat patung dan berhala. Mereka tetap memperbolehkan kabilah atau kelompok lain untuk menunaikan haji ke Baitullah, tanpa membedakan agama dan kepercayaan. Para pemeluk agama tauhid termasuk agama Masehi, masih terus menjalankan ritual haji ke Ka’bah. Saat itu, kondisi Ka’bah sangat memprihatinkan. Dindingnya dipenuhi puisi dan lukisan. Bahkan lebih dari 360 berhala terdapat di sekitar Ka’bah. Selama periode haji itu, suasana di sekitar Ka’bah layaknya seperti sirkus. Laki-laki dan perempuan mengelilingi Ka’bah dengan telanjang. Mereka menyatakan harus menampilkan diri dihadapan Allah dalam kondisi yang sama seperti saat lahir. Doa mereka menjadi bebas tak lagi tulus mengingat Allah. Bahkan berubah menjadi serangkaian tepuk tangan,bersiul, dan meniup terompet dari tanduk hewan. Kalimat talbiah (Labbaika Allahumma Labbaik) telah diselewengkan oleh mereka dengan kalimat tambahan yang berbeda maknanya. Lebih parah lagi, darah hewan kurban dituangkan ke dinding Ka’bah dan dagingnya digantung di tiang sekitar Ka’bah. Mereka punya keyakinan bahwa Allah menuntuk daging dan darah tersebut. Mengenai hal ini Allah Swt mengingatkan dengan firmannya:’ “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketaqwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS.Al-Hajj :37) Para peziarah bebas bernyanyi, minum arak, melakukan zina, dan perbuatan amoral lainnya. Lomba puisi adalah bagian utama dari seluruh rangkaian haji. Dalam kompetisi ini,setiap penyair akan memuji keberanian dan kemegahan sukunya. Mereka menyampaikan cerita yang berlebihan,kepengecutan, dan kekikiran suku-suku lainnya. Ada juga kompetisi dalam “kemurahan hati”. Masing-masing kepala suku akan menyediakan kualibesar dan memberi makan para peziarah. Tujuannya agar bisa menjadi terkenal karena kemurahan hati mereka. Mereka telah meninggalkan, menodai dan menyelewengkan ajaran suci Nabi Ibrahim as yang mengajak menyembah Allah semata. Keadaan menyedihkan itu berlangsung selama kurang lebih dua ribu tahun. Setelah periode panjang ini, terjawablah doa Nabi Ibrahim as yang tercantum dalam Al-Qur’an : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rosul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al Hikmah (As Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Albaqarah : 129) Nabi Muhammad tidak hanya membersihkan Ka’bah dari segala kotoran, tetapi juga mengembalikan kemurnian ibadah haji sesuai tuntunan Allah sejak jaman Nabi Ibrahim AS. (*/rdh)

Sumber: