Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (2)

Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (2)

Mala petaka terjadi pada ulang tahun Arini yang ke-15. Novi mengajaknya merayakan di Kenjeran. Cuma berdua. Saat itulah Arin disodori minum. Oplosan. Awalnya Arin menolak. Tapi akhirnya menenggak juga. Sampai teler. Arin sempat dipapah masuk kamar hotel mini sambil merasakan bagian-bagian sensitif tubuhnya digerilya.  Untung kesadaran masih tersisa. Dia berontak dan memaksa Andi pulang. Bahkan sempat memukul rahang Novi dengan double upper cut.   “Agar Mama dan Papa tidak tahu anaknya teler, aku langsung masuk kamar mandi. Keramas sambil minum air kran. Kebetulan rumah sedang sepi,” kenang Arin. Tidak hanya sekali itu Novi mengajak Arin mengonsumsi oplosan. Berkali-kali. Arin bahkan mulai bisa menikmati. Hanya, dia sebelumnya minta Novi janji tidak akan berbuat macam-macam lagi. Seiring waktu, pergaulan Arin di dunia hitam makin luas. Dia dikenalkan Novi kepada teman yang pemakai ganja. Pecandu berat. “Kata anak itu (Arin lupa namanya, red) narkoba herbal. Tidak berbahaya, malah menyehatkan,” kata Arin. Dia terhasut dan mengaku lebih bisa menikmati. Arin menyadari pergaulannya menyimpang semakin jauh. Celakanya, dia sangat menikmati. Karena itu, Arin berjanji dalam hati untuk selalu berhati-hati agar tidak terperosok semakin dalam. “Bukankah oplosan ke ganja itu sudah terperosok?” tanya Memorandum. Di ujung telepon terdengar tawa Arin. “Maksudku agar tidak terperorok ke seks bebas atau menjadi bandar. Biasanya kan gitu,” jawabnya. Enteng. Seperti tidak mikir. Memorandum akhirnya memilih pasif. Hanya mendengar Arin bercerita tanpa menyela dengan pertanyaan. Kalau tidak perlu-perlu amat. Dari teman Novi tadi, Arin juga diperkenalkan sabu-sabu. Biasanya mereka ngluthuk bersama. Arin suka. Sebab, setelah ngluthuk, dia merasa mendapat tambahan tenaga ekstra. Otaknya pun terasa lebih encer. Dibanding ngoplos atau ngganja, Arin mengaku lebih bisa menikmati bermain sabu. Ada manfaat lebih besar untuk meningkatkan gairah kerja dan berpikir. Nilai mata kuliahnya makin terdongkrak. “Bukannya setelah itu badan terasa lemah. Sangat lemah?” Kalimat ini akan Memorandum lontarkan, tapi rupanya terbaca. Buktinya, Arin berkata, “Heran ya kenapa aku selalu bisa njaga stamina? Saat drop, aku buru-buru minum jamu dan istirahat total. Total-tal-tal-tal. Bangun-bangun sudah segar,” kata Arin, disambung tawa renyah. Dengan resep tersebut, Arin merasa bisa mengendalikan kekecanduaannya. Karena itu, dia tidak khawatir kebiasaan itu akan ketahuan. Oleh siapa pun. Termasuk orang tua. “Yang penting bisa menjaga prestasi akademik di sekolah dan kampus, aku tak perlu waswas. Juga bisa menjaga agar jangan sampai kebobolan. Perut tidak keburu mbedunduk. Aku memang sangat menjaga itu. Dosa yo dosa, tapi ojok sampek kebablasen. Iki barang suci, Rek,” kelakarnya. Diakui bahwa tidak sekali-dua kali dia dijebak beberapa teman cowok untuk ngono’an.  Tapi untungnya dia selalu bisa menjaga kesadaran khusus untuk hal ini. Arin yang sejak kelas dua SD mengikuti bela diri berhasil menjaga diri dengan njotos atau mbanting teman-teman cowok yang bermaksud kurang ajar. Bahkan, di komunitasnya Arin dikenal sebagai Wonder Woman. (jos, bersambung)  

Sumber: