Kronologi Warga Gunungkidul Konsumsi Sapi Terpapar Antraks, Sebabkan 3 Warga Meninggal

Kronologi Warga Gunungkidul Konsumsi Sapi Terpapar Antraks, Sebabkan 3 Warga Meninggal

Yogyakarta, memorandum.co.id - Kasus antraks di Gunungkidul membuat semua pihak berwaspada dengan adanya penyakit ini. Wabah antraks merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul. Hingga kini, dilaporkan ada tiga warga setempat meninggal dunia dengan status positif antraks. Dengan adanya kejadian ini, Dinas Kesehatan setempat melakukan pemeriksaan pada 143 warga di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu, Gunungkidul usai mucul kasus antraks ini. Mereka merupakan warga yang kontak langsung dengan hewan ternak yang mati karena antraks. Dari 143 warga yang dilakukan pemeriksaan, ada 87 orang yang dinyatakan positif antraks. Pemantauan warga dilakukan dua kali masa inkubasi. Satu kali masa inkubasi, yakni 45 hari, sehingga total pemantauan adalah 90 hari. "Sudah kita lakukan dari sampel pertama muncul kasus antraks di Jati Candirejo, Untuk yang bergejala saat ini tidak ada, semua dalam pemantauan dan kondisinya sehat," kata Sidig Hery Sukoco, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul Awal peristiwa ini ditengarai sejumlah warga Gunungkidul yang mengonsumsi daging sapi yang terkena antraks. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul Dewi Irawati mengatakan, penyebaran penyakit bakterial ini terungkap ketika pihaknya menerima laporan dari sebuah rumah sakit pada 4 Juni 2023 mengenai seorang warga Semanu yang meninggal karena antraks. Hasil investigasi dan penggalian keterangan oleh Dinkes, diperoleh informasi bahwa pasien berusia 73 tahun itu sebelumnya sempat menyembelih dan mengonsumsi sapinya yang mati karena sakit. "Menyembelih dan memakan hewan ternak yang mati karena sakit. Jadi yang meninggal satu, yang dipastikan karena antraks. Dipastikan (karena daging yang dikonsumsi), karena hasil pemeriksaannya memang positif antraks," kata Dewi Hasil pemeriksaan lanjutan, diketahui ternyata pasien tersebut juga membagi-bagikan daging sembelihan ke warga lainnya. Dinkes bergerak cepat memberikan obat antibiotik kepada pasien terkontaminasi. Lanjut Dewi, Dinkes turut memberikan edukasi kepada warga agar hanya mengonsumsi daging dari ternak yang sehat saja. "Kondisi terkini dari mereka yang terpapar, baik. Semua itu kondisinya membaik," tegas Dewi. Lebih jauh, Dewi menerangkan, penyakit antraks bersifat zoonosis atau mampu menular dari hewan ke manusia, namun tidak untuk antar manusia. Penularan dari hewan ini umumnya melalui kontak langsung seperti bersentuhan dengan tubuh yang luka. "Seseorang juga bisa terpapar antraks jika menghirup spora bakteri Bacillus Anthracis yang bertebaran di udara. Juga bisa karena dimakan," tandasnya. Adapun penularan antraks pada manusia di Gunungkidul diduga dipengaruhi tradisi brandu. Brandu merupakan tradisi mengumpulkan iuran untuk diserahkan kepada warga yang hewan ternaknya mati atau sakit. Daging hewan ternak itu selanjutnya dibagikan kepada orang-orang yang mengumpulkan iuran. (*/Rdh)

Sumber: