Jaksa Hadirkan Lima Saksi di Sidang Sahat dalam Kasus Dana Hibah Pokir

Jaksa Hadirkan Lima Saksi di Sidang Sahat dalam Kasus Dana Hibah Pokir

Surabaya, memorandum.co.id-Sidang di pengadilan Tipikor Surabaya dengan agenda keterangan saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berlansung, Selasa (4/7).   Sidang hari ini merupakan lanjutan kasus dugaan korupsi dana hibah Pokir Pemprov Jatim dengan terdakwa Wakil Ketua DPRD Jatim nonaktif Sahat Tua P Simandjuntak dan ajudannya Rusdi. Lima saksi dihadirkan kali ini. Termasuk empat dari eksekutif dan satu legislatif. Dari eksekutif diantaranya mantan Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jatim, Wahid Wahyudi, Staf Sekretariat DPRD (Setwan) Jatim, Gigih Hudoyo (Gigih) dan Staf Biro Perekonomian Sekretariat Daerah (Setda) Propinsi Jatim, Erma Novia Candra Gunawan. Sedangkan dari legislatif yakni Agus Wicaksono..   Lalu ada pegawai Sekwan yang merupakan ajudan Sahat Tua P Simandjuntak yakni Ferry Agung Apritanti lalu   Sebelum sidang di mulai, Majelis Hakim yang diketuai I Dewa Gede Suardhita, SH. MH menanyakan kepada JPU KPK apakah kelima saksi tersebut dimintai keterangan secara bersamaan atau tersendiri.   "Mohon ijin yang mulia, yang diperiksa pertama kali saksi Wahid Wahyudi dengan Agus Wicaksono secara bersamaan. Kemudian, untuk selanjutnya saksi Didik Hudoyo dan Ferry Agung Apritanti dan Erma Novia Candra Gunawan," terang Jaksa KPK dikutip Kantor Berita RMOLJatim pada Majelis Hakim di ruang sidang Candra Pengadilan Tipikor Surabaya, Selasa (4/7).   Permintaan Jaksa KPK tersebut diamini Majelis Hakim. Lalu Ketua Majelis Hakim, I Dewa Gede Suardhita meminta tiga saksi yakni Didik Hudoyo, Ferry Agung Apritanti dan Erma Novia Candra Gunawan agar keluar ruang sidang untuk menunggu giliran dipanggil menjadi saksi.   "Silahkan para saksi menunggu di luar dulu," pungkas I Dewa Gede Suardhita.   Seperti diberitakan dalam kasus ini, KPK menjerat Wakil Ketua DPRD Jawa Timur Sahat Tua Simandjuntak sebagai tersangka.   Ia diduga menerima suap terkait dana hibah untuk kelompok masyarakat.   Kasus ini terkait dana hibah yang bersumber dari APBD Pemprov Jatim. Dalam tahun anggaran 2020 dan 2021, APBD Pemprov Jatim merealisasikan dana belanja hibah dengan jumlah seluruhnya sekitar Rp7,8 triliun kepada badan, lembaga, organisasi masyarakat yang ada di Jawa Timur. Praktik suap diduga sudah terjadi untuk dana hibah tahun anggaran 2020 dan 2021. Sahat yang merupakan politikus Golkar lalu Ajudannya Ruadi kemudian Abdul Hamid dan Ilham Wahyudi diduga kemudian bersepakat untuk praktik tahun anggaran 2022 dan 2023. Dalam dakwaanya terhadap Abdul Hamid dan Ilham Wahyudi, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Arief Suhermanto mengatakan, uang sebasar Rp39 miliar itu diterima Sahat sebagai kompensasi atas perannya memuluskan proses pencairan dana hibah untuk beberapa Pokmas. "Dana tersebut diberikan kedua terdakwa pada Sahat agar memberikan jatah alokasi dana hibah pokok-pokok pikiran (Pokir) untuk Tahun Anggaran (TA) 2020 hingga 2022 dan jatah alokasi dana hibah yang akan dianggarkan dari APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2023 sampai dengan 2024 kepada para terdakwa," kata JPU KPK Arief. Hal yang sama juga dikatakan Majelis Hakim dalam persidangan tersebut, bila Sahat Tua P Simandjuntak mendapat jatah dana hibah sebesar Rp98.003.172.000 untuk 490 Pokmas yang tersebar di Bangkalan, Blitar, Bondowosao, Malang, Mojokerto, Pamekasan, Sampang dan Situbondo. Pada TA 2021 sebesar Rp66.322.500.000 untuk 377 Pokmas yang tersebar di Bangkalan, Blitar, Bodowoso, Jember, Jombang, Kediri, Lumajang, Magetan, Malang, Pamekasan, Probolinggo, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, Sumenep, Tuban, dan Tulungangung. Berikutnya TA 2022 sebesar Rp77.598.394.000 untuk 655 Pokmas yang tersebar di Bangkalan, Bondowoso, Gresik, Jember, Ngawi, Pamekasan, Pasuruan, Sampang, Sidoarjo, Situbondo, dan Sumenep. Sedangkan untuk TA 2023 sebesar Rp28.555.000.000 untuk 151 Pokmas yang tersebar di Bangkalan, Lumajang, Ngawi, Pacitan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep. Wakil Ketua DPRD Jatim dari Fraksi Partai Golkar, Sahat Tua P Simanjuntak yang disuap Hamid dan Ilham secara ijon sejak proyeksi APBD Tahun Anggaran (TA) 2020 hingga 2023 mengantongi hingga Rp39,5 miliar yang diberikan secara bertahap. Sahat sebelumnya tercatat sebagai anggota DPRD Jatim periode 2009-2014 dan 2014-2019 mengantongi jatah alokasi hibah pokir hingga Rp270 miliar dari APBD sejak TA 2020 dari total hibah Rp8,2 triliun untuk seluruh anggota DPRD Jatim. Dalam kasus ini, Sahat Tua P Simandjuntak didakwa dengan dua pasal. Pertama terkait penyelenggara negara Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN), Pasal 12 huruf a Jo Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP. Dakwaan kedua terkait suap, Pasal 11 Jo Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Pasal 65 ayat (1) KUHP. (mik/ono)

Sumber: