Carok Kesankan Orang Madura Tak Miliki Hati Lembut dan Nilai Pemaaf
Sumenep, memorandum.co.id - Peristiwa carok yang menewaskan 2 orang dan melukai beberapa yang lain di Bangkalan disikapi serius oleh banyak praktisi pendidikan dan budayawan. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Dr. Rusmiyati Latief, praktisi BK dan pakar konseling lintas budaya di Kabupaten Sumenep, Madura. Dia berargumen bahwa harga diri hari ini tidak harus dipertahankan dengan carok. Kalau pun itu tradisi yang berurat-berakar, apa tak bisa anak-anak muda terpelajar dan santri melakukan coping stress dengan cara lain. Mengurangi prasangka, bisa dengan cara duduk bareng, membicarakan hal itu dari hati ke hati, memunculkan empati, menundukkan ego dan mengasah kepekaan sosial. Muaranya agar bisa saling memaafkan antara kedua belah pihak yang berkonflik," ungkap pengurus LPTNU PC NU Sumenep ini, Jumat (23/06/2023). Konflik bisa diakhiri dengan jalan saling membuka hati dan memulai lembaran baru, cerita baru dan versi baru dari kebekuan yang selanjutnya mencair dalam kehangatan dan ketulusan. "Dengan carok yang di-framing terus sebagai tradisi Madura, identik bahwa orang Madura tak memiliki hati pemaaf dan nilai-nilai baik dalam tradisinya," ungkap doktor yang menyelesaikan disertasi bertajuk Internalizing the values of Madura Local Wisdom for Student character development ini. Menurutnya, kejadian tersebut merupakan tantangan sekaligus koreksi bersama, utamanya bagi pemangku kebijakan, sekolah atau institusi pendidikan lain yang jadi piranti paling dasar dalam penanaman kultur kebaikan, bahwa mungkin ada yang keliru dalam mentranslasi tradisi.(uri/ziz)
Sumber: