Istri Cantik Dibegal Ayah Angkat yang Pengusaha (3)
Polisi yang dilapori kehilangan istri Duri sepertinya tidak bergerak sama sekali. Buktinya lebih dari tiga bulan pasca pelaporan, sedikit pun tidak ada progres potitif. “Upaya Pak Polisi belum membuahkan hasil,” kata Duri. Matanya menatap kosong ke arah motor yang baru datang dan diparkir di halaman kantor pengacara. “Saya masih disuruh bersabar,” imbuhnya. Di puncak kegalauan, Duri mendapat kabar dari seorang teman yang baru pulang dari umrah. Saat pesawatnya transit di Bandara Seri Begawan Brunei Darussalam, dia kaget. “Dia mengaku sepintas melihat Warsih bersama seorang pria perlente di bandara itu. Sayang wajah pria itu tidak tampak terlalu jelas. Pria itu terburu masuk taksi,” cerita Duri. Sebuah harapan muncul di benak Duri. Tapi, benar-benarkah perempuan itu Warsih istrinya? Jangan-jangan dia perempuan lain yang terlihat seperti istrinya. Informasi tersebut disimpan Duri sendiri. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu yang belum tentu benar itu kepada mertua atau ayahnya. Sudah hampir setahun tidak ada kabar soal Warsih. Kabar terakhir ya cerita ada yang bertemu di bandara Brunei itu. Cuma itu. Beberapa waktu lalu Duri sempat menelisik keberadaan Warsih melalui media massa. Mungkin ada berita soal penemuan mayat misterius atau korban kejahatan lain, yang kemungkinan itu adalah Warsih. Semua nihil. Pernah ada kabar ada mayat perempuan tak dikenal mengapung di Bengawan Solo. Ciri-cirinya persis dengan Warsih. Tapi ketika ditelusuri ke rumah sakit di Babat, seperti disebut berita itu bahwa korban ditemukan di kota ini, ternyata bukan. Korban adalah warga Bojonegoro yang dibunuh dan bayatnya dibuang ke sungai. Suatu hari ketika sedang bermalas-malasan di teras rumah, ayahnya, Khatam, datang dan memberi kabar akan pindah rumah ke Batam. Lelaki berambut putih di bagian atas telinga itu mengaku baru saja diperkenalkan dengan perawan Batam dan akan menikahnya. “Orangnya mirip Warsih,” kata Khatam seperti ditirukan Duri. Deg! Dada Duri bergetar heras mendengar nama istrinya disebut-sebut. Khatam mempersilakan Duri ikut rombongan boyongan. Walau begitu, Khatam tidak memaksa. “Kalau kamu sempat, ayo ikut. Tapi kalau tidak, nggap apa-apa. Lain kali saja mampir kalau pas dolan ke Batam,” tambah Khatam. Sebelum pindah ke Batam, Khatam menjual empat showroom-nya. Disisakan satu yang ada dekat rumah kontrakan Duri. “Showrom itu diberikan kepadaku lengkap dengan 20 unit mobil dan motor bekas. Kabarnya Bapak sudah buka usaha di Batam,” kata Duri. Seiring berjalannya waktu, Duri mulai bisa melupakan Warsih. Dia juga sudah jarang nyambangi mantan mertuanya. Duri khawatir terbayang-bayang sosok Warsih, yang memang tidak pernah lepas dari benaknya. Suatu hari Duri kehujanan di jalan. Karena lupa bawa jas hujan, dia bermaksud berteduh. Kebetulan saat itu Duri dekat dengan rumah mantan mertuanya. Dia akhirnya sekalian bersilaturahmi sekalian berteduh. (jos, bersambung)
Sumber: