Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (1)
Darto (bukan nama sebenarnya) geram terhadap istrinya, sebut saja Laksmi. Dia tak pernah sepakat Laksmi mengambil langkah salah dalam upaya mendapatkan keturunan. Dikisahkan Dirham, sebenarnya rumah tangga yang dia bina 12 tahun lalu berjalan damai. Tidak pernah ada gejolak sekecil apa pun. Kenyataan bahwa mereka belum dikaruniai keturunan diterima dengan ikhlas sebagai takdir. Untuk mengisi kekosongan rumah mereka yang lumayan besar, pasangan suami istri ini mengambil keponakan mereka, anak kakak Laksmi di desa. “Kebetulan kakak ipar anaknya banyak. Berlebih. Tujuh,” kata Dirman di kantor pengacara dekat gedung Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, baru-baru ini. Menurut Dirham, lamulanya dia takut meminta anak itu. Selain cantik, tampaknya sang anak, sebut saja Lindri, sangat cerdas dan pemberani. Mengalahkan kakak-kakaknya yang lain. Tapi ketika mendengar keluhan ibu-bapaknya yang kewalahen mengasuh ketujuh anaknya, ragu-ragu Dirman mencoba menawarkan untuk mengasuh salah satu dari ketujuh anak itu. “Kalau boleh pilih, saya maunya Lindri. Ternyata ibu-bapaknya membolehkan,” kata Dirham. Kebetulan anak tersebut masih berusia satu tahun sehingga hatinya diyakini bisa menyatu dengan Dirham dan Laksmi. “Waktu itu disepakati kami akan menjadikan anak angkat kami tadi sebagai anak kandung. Kami tahu dalam agama ini tidak boleh, tapi Laksmi ngotot. Semua berkas diuruskan. Kami tahunya beres. Kebetulan ada keluarga yang bekerja di cacatan sipil,” kata Dirham. Tapi sebelum itu sempat terjadi perdebatan keras. Dirham dan beberapa saudara berpendapat sebaiknya mereka tetap menstatuskan Lindri sebagai anak angkat. Konsekwesinya, Lindri harus diberi tahu siapa bapak dan ibu kandungnya. Tidak perlu terburu-buru, tapi menunggu anak itu dewasa. Tapi Laksmi ngotot ingin menstatuskan Lindri sebagai anak kandung. Alasan dia, bila suatu saat terjadi perselisihan tentang Lindri, posisi anak itu sudah jelas. Jadi tidak terombang-ambing. Menurut Dirham, kehadiran anak angkat tadi mampu mengobati kerinduan Dirham dan Laksmi terhadap anak-anak. Lindri mereka perlakukan amat istimewa. Segala kebutuhan Lindri dinomorsatukan. Lebih baik Dirham dan Laksmi tidak makan tiga hari asalkan mereka bisa membelikan seteguk susu untuk Lindri. Ketika Lindri menangis karena melihat anak tetangga bermain boneka elektrik yang bisa bernyanyi dan menari, Dirham rela mengurangi jatah membeli rokok untuk membelikan boneka serupa. Bahkan yang lebih bagus. Dirham dan Laksmi juga mengistimewakan asupan gizi Lindri. Selain susu formula yang biasa dikonsumsi anak-anak dari keluarga gedongan, Laksmi rela merogoh dompet dalam-dalam demi bisa membelikan aneka vitamin untuk Lindri. Pokoknya semua demi Lindri. Lindri. Lindri. Dan Lindri. Rasa sayang Laksmi terhadap Lindri bahkan tercurah total. Tidak tersisa sedikit pun untuk dirinya sendiri. Apalagi untuk Dirham. Bila perlu suami dinomorsetaruskan! (jos, bersambung)
Sumber: