Tidak Tahan Didera Ujian Sepanjang Berumah Tangga

Tidak Tahan Didera Ujian Sepanjang Berumah Tangga

Yuli Setyo Budi, Surabaya Idem ditto. Hanya, orang tua Siti lebih lunak. Anak ketiga dari tiga bersaudara ini bahkan dianggap sebagai anak durhaka dan disoret dari silsilah keluarga selama masih menjadi istri Samuel. Intinya, selama Siti terus melanjutkan hubungannya dengan Samuel, selama itu pula kesempatan untuk kembali ke keluarga tertutup rapat. Tapi seandainya mau meninggalkan Samuel dan kembali meneruskan perjodohan dengan pengusaha Arab asal Gresik tadi, pintu akan dibuka lagi. “Saya bergeming. Bagaimanapun beratnya, rumah tangga dengan Samuel akan saya pertahankan,” kenang Siti. Gagal meminta bantuan untuk menegakkan kembali usaha mereka, Samuel lantas menjual motor. Inilah harta satu-satunya yang masih berharga. Demikian pula, Siti mempreteli satu demi satu perhiasan yang melekat di tubuhnya. Upaya itu pun ternyata tak banyak membantu. Usaha makin bangkrut, sementara tagihan datang silih berganti. Siti yang terbiasa hidup susah, meski hidup di tengah orang tua kaya, masih mampu bertahan. Hidup di pondok pesantren yang penuh keprihatinan mampu menempa Siti menapaki penderitaan yang entah kapan akan berakhir. “Saya sekuat tenaga terus bertahan,” tekad Siti. Nyaris di titik nadir, Siti merasakan adanya perubahan. Sedikit demi sedikit usaha yang mereka jalankan mulai menanjak. Mulai ada hasil yang bisa dinikmati. Ini sangat disyukuri Siti. Siti menganggap ini adalah keajaiban yang turun dari langit. Betapa tidak, Siti menyadari sebenarnya usaha mereka berjalan seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya, namun rezeki seakan mengalir tanpa ada sumbatan. Setiap diminta menutup suatu kebutuhan, Samuel sudah tak pernah lagi mengelak dan berjanji esok atau lusa. Samuel selalu bisa spontan menutup kebutuhan tersebut. “Samuel menyatakan ini mukjijat dari Tuhan,” kata Siti mengulagi ucapan sang suami. Lambat laun Siti mulai bisa menikmati perubahan positif dalam keluarga. Namun, itu tak lama. Kejadian Minggu pagi itu kembali memutar roda rumah tangga ke titik terbawah dalam perjalanannya. Ceritanya, hari itu Siti dapat undangan pengantin dari sahabatnya. Ketika hal itu disampaikan ke Samuel, ternyata suaminya minta maaf karena tidak bisa menemani Siti. Samuel beralasan sakit perut dan khawatir kambuh di tengah pesta. Siti pun berangkat sendirian dan terpaksa mengajak kerabat. Dia mengjemput sang kerabat ke arah berlawanan dengan yang dituju. Setelah itu, baru Siti memutar jalan menuju tempat undangan. Dalam perjalanan itulah, Siti melihat pemandangan yang mengejutkan: Samuel bergegas keluar dari gereja dengan menenteng tas kecil. Jalannya seperti orang dikejar hantu. Ngibrit tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Apalagi ke belakang. (bersambung)  

Sumber: