Mengenal Wali Allah dan Karomahnya

Mengenal Wali Allah dan Karomahnya

Surabaya, Memorandum.co.id - Kewalian bukanlah dengan klaim begitu saja, melainkan melihat dari iman dan ketakwaan. Sehingga apabila ada orang yang mengatakan, "Dia adalah seorang wali", tetapi orang itu tidak beriman lagi bertakwa kepada Allah SWT, maka perkataannya itu ditolak atau tidak benar. Keberadaan wali Allah ini dijelaskan dalam Surat Yunus ayat 62-63. اَلَآ اِنَّ اَوْلِيَاۤءَ اللّٰهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ - 62 اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَۗ - 63 Artinya: "Ketahuilah bahwa sesungguhnya (bagi) para wali Allah itu tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih. (Mereka adalah) orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa." Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Minhajul Muslim menyebut para wali ditugaskan oleh Allah SWT untuk menaati-Nya, mencintai-Nya, juga mengagungkan-Nya. Wali Allah memiliki karamah atau tepatnya diberikan karamah oleh-Nya. Adanya karamah pada diri wali pun dibenarkan oleh prinsip Ahlussunnah wal Jama'ah. Selain wali Allah, diperingatkan pula bahwa terdapat wali syaithan (setan). Masih dari kitab Minhajul Muslim, wali setan buat manusia lupa dari mengingat Allah SWT, menggoda berbuat buruk dan kerusakan. Mereka tunduk kepada setan dan setan juga membantu orang ini. Setan menggoda manusia dengan menghiasi sesuatu yang mungkar sehingga tampak makruf, dan sebaliknya, menghiasi sesuatu yang makruf agar tampak seperti yang mungkar. Dan Wali setan mendapat laknat dan murka Allah SWT meskipun mereka menampakkan sesuatu hal yang luar biasa. Perbedaan karamah wali Allah dan wali setan dapat dilihat dari tingkah laku dan keadaan orang itu. Bila seseorang beriman, bertakwa dan taat kepada-Nya, maka karamah yang dimilikinya adalah dari Allah SWT. Sedangkan jika orang itu jauh dari takwa, senang maksiat dan berbuat dosa, maka itu semacam fenomena jebakan (istidraj), atau bentuk pelayanan dan pertolongan setan yang membantunya.(*/Rdh)

Sumber: