Kebutuhan Hidup Ditanggung Istri, Suami Suka Jajan
Sejak awal Menuk (samaran) sudah tidak setuju suaminya, sebut saja Makelar (34), bekerja sebagai sopir antar-jemput terapis pijat di kawasan HR Muhammad. Tapi Makelar tidak punya pilihan lain. Dia mengaku bosan menganggur sejak di-PHK dari pabrik alat-alat rumah tangga, tiga tahun lalu. “Aku khawatir Cak Lar katut purel. Sampeyan kan tahu sendiri mereka itu gimana,” keluh Menuk usai mendaftarkan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Sempat terjadi tarik-menarik antara Makelar dan Menuk. Makelar beralasan tidak enak terus bergantung kepada istri, sementara Menuk mengaku sanggup mencukupi kebutuhan keluarga sampai sang suami mendapatkan pekerjaan yang baik. Setelah Makelar ngotot dan berjanji akan menjaga diri selama bekerja, Menuk terpaksa mengalah. Memang, sehari-dua hari, seminggu-dua minggu, Makelar mampu menjaga diri. Dia sanggup mengendalikan syahwatnya. Tapi seiring perjalanan waktu, daya tahan Makelar mulai kendor. Pemandangan wanita-wanita cantik berpakaian minim sulit dia hindarkan. Sentuhan tak sengaja dan senggolan nakal dengan terapis tidak dapat dielakkan. Ini godaan yang juga sangat sulit ditolak: saat mengantar pulang, ada terapis yang menggoda Makelar, mengajaknya berhohohihe. Menurut Menuk, Makelar memang ganteng. Sopan. Dan ini yang sering meluluhkan iman wanita: tubuhnya atletis. “Tingkah laku terapis itu aku dapatkan dari cerita tetangga. Dulu suaminya satpam kantor pengacara dekat tempat kerja Cak Lar,” tutur Menuk. Kata dia, rawan terjadi korsleting syahwat dengan para terapis. “Buktinya, suami dia juga kebulet terapis. Kini orangnya sudah pindah kerja jadi satpam bank,” imbuhnya. Menuk curiga Makelar mulai ada main dengan wanita lain—tapi dia tidak tahu vs terapis atau bukan—setelah dirinya terjangkit keputihan. Penyakit yang selama ini tidak pernah dia derita. Menuk mengaku selalu menjaga kebersihan bagian kewanitaannya dengan baik. Indikasi lain Menuk dapatkan ketika dia mencuci celana dalam Makelar. Di celana itu ada bercak seperti nanah. Sebagian ada yang sudah kering, namun sebagian lagi ada yang masih basah. Baunya anyir. “Ketika celana dalam itu tak tunjukkan teman yang bekerja di puskesmas, katanya Cak Lar kena GO. Raja singa,” kata Menuk sambil bergidik. Tangannya berkeringat, namun terasa dingin. Menuk marah karena Makelar tidak mengakui perbuatannya. Dia khawatir sang suami terkena penyakit yang lebih parah, misalnya HIV. Terakhir Makelar bersumpah bahwa dia tidak pernah berhubungan dengan wanita nakal di luar. Apalagi sampai terkena GO. “Waktu itu aku nekat menyuruh Cak Lar mencopot celananya,” tegas Menuk. Awalnya memang menolak. Tapi setelah dipukul penebah bertubi-tubi, Makelar menyerah. Dia pelorotkan celananya. Tampak bercak nanah di celana dalam itu, meski—tampaknya—sudah dilapisi tisu. “Itulah alasan mengapa aku di sini,” tandas Menuk. (jos)
Sumber: