Danlantamal V Laksamana Pertama TNI Supardi Rayakan Lebaran di Tanah Kelahiran

Danlantamal V Laksamana Pertama TNI Supardi Rayakan Lebaran di Tanah Kelahiran

Laksamana Pertama TNI Supardi menggelar tumpengan bersama warga saat pulang kampung pada Hari Raya Idulfitri tiga hari lalu. Ngawi, memorandum.co.id - Laksamana Pertama TNI Supardi beserta istri Prima Christiana sangat bersyukur tahun ini bisa merayakan Lebaran di kampung halaman. Bisa kembali berkumpul dengan sanak saudara dan keluarga di Desa Mojomanis, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi, Senin (24/4/2023). Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) V Surabaya itu, menggelar selamatan tumpengan secara sederhana bersama keluarga dan warga sekitar. Hal itu sebagai wujud rasa syukur Laksamana Pertama TNI Supardi, bisa kembali menengok kampung semasa kecilnya setelah sekian lama menjadi bagian dari Korps Pelaut. Ia dan keluarga pun disambut hangat oleh warga sekitar “Alhamdulillah tahun ini bisa tilik kampung, dulu banyak penugasan di laut daripada di darat, sehingga pulang kampung tidak bisa diprediksi,” ujar dia. Setelahnya, dalam momen Hari Raya Idulfitri 1444 H, ia bersama kerabat hingga kawan lama saling berjabat tangan melakukan halal bihalal. Suasana pun berlangsung hangat, dia juga bertukar cerita mengenang masa kecilnya, jauh sebelum menjadi petinggi TNI AL. Baginya, bintang yang ada di pundak tak akan ia dapat tanpa orang-orang yang ada di sekitarnya. “Kalau dulu Lebaran seringkali di tengah laut. Ini di sela tugas, kami menyempatkan diri untuk merayakan Idulfitri di kampung,” ucapnya. Tentunya, kebanggaan yang berhasil diraih itu tidak didapatkan dengan mudah. Dia tak menyangka, jika seorang anak petani dari desa pelosok di Kabupaten Ngawi bisa memegang Tongkat Komando Lantamal V. Hal yang tak pernah dibayangkan oleh putra dari pasangan Karto Dihardjo dan Katinem itu. “Saya asli Mojomanis, kita ketahui ini desa yang paling pelosok dan pinggiran. Saya lahir dan besar di sini,” kata dia. Diketahui, tanah kelahiran Laksamana TNI Supardi berada di ujung tenggara Kabupaten Ngawi. Desa Mojomanis berbatasan langsung dengan Desa Kajang dan Desa Klumpit, Kecamatan Sawahan, serta Desa Sogo, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun. Masih kental diingatan lulusan Akademi Angkatan Laut (AAL) tahun 1990 itu, kampungnya merupakan desa paling terakhir yang mendapat aliran listrik di Kecamatan Kwadungan kala itu. “Dulu tidak ada (listrik, red), ini desa di Kwadungan yang paling terakhir mendapat aliran listrik. Sehingga dulu sangat terisolir dan perkembangan desa pun terlambat,” ungkapnya. Masa kecil hingga muda Laksamana Pertama TNI Supardi dihabiskan untuk menggembala kerbau, di sela mempersiapkan diri untuk mendaftar sebagai calon taruna Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri). Selepas tamat SMA tahun 1987, bersama teman sebayanya ia mencoba mengikuti seleksi calon Taruna Akabri. Dari sekian banyak peserta, namanya masuk dalam penerimaan taruna dan mengikuti pendidikan selama tiga tahun di Lembah Tidar. “Awal-awal dulu yang penting saya jadi tentara. Teman saya ada empat orang yang daftar ALL, se-Kabupaten Ngawi yang lolos hanya saya dan se-Karesidenan Madiun hanya empat orang,” ucapnya. Dalam 33 tahun pengabdiannya, ia telah malang melintang bertugas dari kapal ke kapal. Mulai berlayar menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewa Ruci hingga penugasan di Miangas, perbatasan Indonesia – Filipina. Dalam berlayar, pria kelahiran Ngawi, 9 Agustus 1967 itu juga telah menjelajah samudera dan berlawat ke beberapa negara. “Semua kapal sudah dialami, sehingga cukup banyak pengalaman. Hingga mendapat penugasan di perbatasan Filipina,” tutur dia. Asam garam lautan sudah dirasakan Laksamana TNI Supardi, ia telah menyatu dengan deru ombak Samudera. Kerap kali, kapal terombang-ambing di tengah laut dengan cuaca yang tidak bersahabat. Menurutnya, tantangan berat bagi seorang pelaut bukan hanya soal menaklukkan gelombang tinggi, namun menjaga keutuhan teritorial laut Indonesia. “Tantangan alam lebih banyak, tantangan mengendalikan alutsista, melaksanakan tugas di tengah laut. Itu semua menghilangkan rasa ketakutan dan kita harus mampu menaklukan itu,” sambungnya. Menjadi bagian dari AL, memberikan kebanggan tersendiri baginya. Sejak digembleng di Magelang, timbul semangat anak kampung tak kalah saing dengan anak-anak dari ibu kota dan ia telah membuktikannya. Laksamana TNI Supardi pun mengakui, jika dirinya bukan berlatar belakang anak pejabat ataupun aparat dengan pangkat mentereng dipundak. “Saya SD dan SMP disini, SMA di Madiun pun buka sekolah favorit. Ya karena kemauan, akhirnya bisa bersaing,” akunya. Deretan tanda jasa yang tersemat telah membuktikan jam terbang pucuk pimpinan Lantamal V Surabaya itu. Diketahui, Laksamana Pertama TNI Supardi telah memiliki 12 penghargaan dari Negara, yang paling bergengsi yakni Bintang Yudha Dharma Nararya diberikan atas dharma bhakti yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh bangsa dan negara. Selain itu, juga Bintang Jalasena Nararya yang didapat atas jasanya dalam kemajuan dan pembangunan TNI AL. Kepada pemuda kampung yang berkeinginan menjadi abdi negara dan mengikuti jejaknya, dia berpesan untuk tidak mudah putus asa dan terus berjuang, singkirkan segala sesuatu yang hanya membuahkan kegagalan. Sebab, semua pemuda sangat potensial dan memiliki kesempatan yang sama. “Pemuda itu sangat potensial, kadangkala di kampung itu ada minder atau kurang percaya diri, sehingga belum mencoba sudah mundur. Pesan saya, terus berjuang jangan putus asa sampai mendapatkannya,” tandasnya. (rap)

Sumber: