Istri yang Dicuri Kehormatannya oleh Mantan Pacar (3)
Rizki merasakan gringgingen sekujur badan ketika bersiap-siap “pecah durian”. Pikirannya buntu, napasnya tersengal, dan keringat membasahi setiap inci kulit tubuh. Angak ho. Hampir dua jam nonstop Rizki dan Susan mengeksplorasikan diri. Tidak hanya satu-dua ronde, melainkan beronde-ronde. Tanpa jeda. Tanpa istirahat. Boso Suroboyone sampek legrek, sampek nyenyek. Setelah itu mereka ambruk-mbruk-mbruk-mbruk. Tertidur pulas hingga matahari hampir lengser ke barat. Pukul 12.30-an. Rizki yang bangun terlebih dulu. Dia berniat membangunkan Susan untuk partai tambahan. Tapi, niatnya langsung surut setelah melihat ajang pertempuran semalam yang putih bersih. Tidak ada setitik pun noda darah tanda kesucian Susan. Spreinya hanya lungset. Kumel. Rizki tercenung. Ia berpikir, “Tidak perawankah Susan?” Walau demikian, dia tidak berani semena-mena menuduh seperti itu. Sebab, ada banyak penyebab yang bisa menjadikan keperawanan seseorang rusak atau cedera sebelum pernikahan. Melihat kepolosan Susan saat pertama melayaninya di tempat tidur, Rizki benar-benar tidak tega untuk sekadar melontarkan pertanyaan soal noda darah kepada sang istri. Rizki pun bertekad tidak akan mempermasalahkan keperawanan istrinya. “Loe sendiri masih perjaka tah waktu nikah?” goda Dipta Rizki tersenyum. “Kalau yang loe maksud pernah gituan sama wanita, demi Allah tidak pernah. Aku masih perjaka tulen,” kata Rizki. “Kalau dengan Mbak Sab?” Dipta menggoda. “Mbak Sab siapa?” jawab Rizki kaget. “Sabun,” kata Wahyusi. Kedua pemuda bersahabat ini ber-wkwkwk amat keras. Sampai istri Memorandum yang tidur di kamar dekat teras, tempat Dipta dan Rizki jagongan, terbangun dan menegur mereka. Dipta minta maaf dan segera mengajak Rizki pindah ke kamar belakang. Memorandum diam-diam ikut geser ke belakang untuk nguping pembicaraan keduanya. “Keperjakaanku hilang di depan Ariel Tatum,” kata Rizki sambil melangkah ke kamar belakang. “Serius loe?” tanya Dipta penasaran. Kepo. “Serius.” “Kapan? Di mana? Kapan berjumpa dengannya? Bagaimana rasanya?” “Tanya satu-satu dong.” “Aku kepo. Katanya masih perjaka?” “Kami bertemu di toilet kamar mandi. Aku mau mandi, dia berpose di layar HP.” “Mbak Sab? Jangkrik.” (jos, bersambung)
Sumber: