Ramadan, Desahan Kenikmatan Terus Bergema di Moroseneng

Ramadan, Desahan Kenikmatan Terus Bergema di Moroseneng

Gapura Sememi Jaya, Kecamatan Benowo. Surabaya, memorandum.co.id - Praktik prostitusi di Kota Surabaya masih terus berjalan. Bahkan di bulan suci Ramadan ini, aktivitas bisnis lendir masih tumbuh subur. Seperti di Sememi Jaya Gang I dan Sememi Jaya Gang II, Benowo. Beberapa wisma di eks lokalisasi Moroseneng itu dari depan tampak kosong dan gelap. Namun tampak ketika sudah masuk ke dalam bangunan wisma tersebut,  Sejumlah PSK stand by di dalam kamar kamar dan siap menjamu tamu yang datang. Pantauan memorandum.co.id - ketika memasuki Jalan Sememi Jaya II RT 3/RW 01 disuguhkan tampilan mural di sisi kiri tembok rumah. Tidak jauh dari gapura ada sekitar 5 pria yang sedang berdiri jalan paving tersebut. Salah satu diantarnya kemudian memberhentikan tim memorandumco.id yang menyamar menjadi pelanggan. Pria berumur kurang lebih 30 tahun itu menawari kami. "Kene sek apik apik. Didelok sek," kata mucikari sebut saja Steven, Selasa (4/4/2023) dini hari. Lantas kami pun menanyakan harganya. "Piroan?," tanya kami. Mucikari pun lantas menyaut murah- murah dan PSKnya tidak rewel. "Gak rewel, enak- enak, murah, Rp 200 ewu, dua kali main, ngemut e enek. Pokok gak rewel," ujarnya. Lantas pelanggan yang saat itu masih berada di atas motor langsung diarahkan ke lokasi parkir yang tersedia. Saat itu di sana terparkir beberapa mobil dan motor. Kami pun diajak masuk ke dalam suatu bangunan yang tak jauh dari lokasi parkir. Dari luar tampak bangunan itu tak berpenghuni. Lantaran kondisinya gelap dan tak terawat. "Didelok sek ayo melbu. Apik apik wedok e. Gak rewel. Dijamin puas," lagi lagi rayuan Steven. Di dalam bangunan atau yang bisa disebut wisma itu tampak gelap. Hanya penerangan lampu kamar yang menyala. Itu pun lampu berwarna kuning atau warna gelap. Mucikari pun mengajak kami ke salah satu ruangan kamar yang didalamnya terdapat PSK. Rayuan manja dari perempuan itu pun terlontar. "Ayo mas, sini, manis e rek," ujar salah satu PSK. Dari pengamatan wanita itu kisaran umur 30 ke atas. Kemudian kami pun keluar. Tidak lama kemudian seorang pria ikut menawarkan PSK. "Sini mas, enak enak. Pokoke gak rewel wes, ayo delok sek," kata mucikari sebut saja Anam. Pria yang memiliki badan kurus kecil ini pun mengajak kami ke sebuah wisma yang terletak di dekat gapura. Kalau dari gapura lokasinya berada di samping kiri jalan. Lantas kami pun diajak masuk ke bangunan tersebut. Lagi lagi penampilan dari luar seperti tak berpenghuni. Setelah masuk kondisi ruang tamu gelap tanpa ada penerangan. Kemudian kami disuguhkan kamar kamar yang berisi PSK. Saat itu hanya ada dua PSK yang stand by di masing maisng kamar. "Sing endi. Iki enak gak rewel. Bodine kurus. Sing kamar sijine iki lemu. Main dua kali 200 an. Pinter ngeramut iki," ungkapnya. Negosiasi pun terjadi. Kami pun diberi harga 180 untuk dua kali main. Anam pun mengungkapkan jika stok PSK di wisma tersebut tidak seperti hari biasanya. Lantaran PSK yang rata rata berasal dari Malang dan Pasuruan itu masih pulang kampung. "Onok e iki tok. Seng apik apik moleh kabeh nak Malang. Nak kene Malang kro Pasuruan arek' e (PSK)," ungkapnya. Lantas kami pun cabut dari lokasi Jalan Sememi Jaya II dan melanjutkan penelusuran ke gang sebelah yakni Jalan Sememi Jaya I. Tak jauh dari gapura tersebut kami pun tiba tiba diberhentikan dua pria. Yang satu postur tubuhnya tinggi dan satunya pendek. Mucikari yang disebut Piteng ini mengiring kami untuk menuju sebuah wisma. Ketika hendak masuk mucikari itu terlebih dulu membuka pintu yang terkunci tersebut. Ketika masuk disuguhkan degan ruangan gelap. Lalu terdapat sebuah ruangan PSK. Saat itu hanya terdapat satu PSK yang stand by. Bertubuh mulus putih PSK tersebut hanya merunduk bermain handponenya. "Iki ae dijamin gak kecewa. Masok gak rewel," rayunya. Kami pun kemudian keluar. Hingga di depan wisma Piteng pun masih merayu kami. Hingga harga yang ditawarkan turun 180. "Wes tak gae 180. Dua kali main. Nek nak liyane gak oleh," cetusnya. Dari pantauan, kondisi kampung tersebut dari luar nampak sepi. Bangunan bangunan kondisinya tak terawat. Hanya ada mucikari yang menawarkan PSK. Selebihnya tidak ada aktifitas penduduk. (alf)

Sumber: