Kuatkan Kolaborasi Hexahelix, MMI Bakal Digitalisasi 45 Ribu Dokumen
Malang, Memorandum.co.id - Tahun 2023 ini Museum Musik Indonesia (MMI) melanjutkan program prioritas yang sudah dilakukan tahun sebelumnya. Yaitu, digitalisasi dokumen sekitar 45 ribu dokumen yang kini terkoleksi di markas MMI di Gedung Kesenian Gajayana Jl Nusakambangan 19 Kota Malang. Koleksi MMI ini meliputi album rekaman kaset, piringan hitam, cd, laser disc, instrumen musik, kostum, memorabilia, majalah musik, buku, foto dan beberapa benda-benda lain yang terkait dengan musik. Sebagian besar koleksi museum berasal dari sumbangan masyarakat. Melanjutkan program mulia tersebut, bertepatan dengan Hari Musik Nasional tahun 2023, Pembina MMI, Pongki Pamungkas mengumumkan formasi pengurus baru MMI. Ratna Sakti Wulandari menjadi Ketua MMI menggantikan Hengki Herwanto yang selama hampir 14 tahun menjadi nahkoda MMI. Nana, sapaan akrab Ratna Sakti Wulandari menyampaikan di era-nya akan menguatkan visi museum yang merupakan ruh dan tujuan dari MMI. “Visi Museum Musik Indonesia adalah menjadi museum musik yang mampu menjadi daya ungkit perkembangan musik di Indonesia yang sehat secara manajemen dan keuangan, kredibel dan terkemuka,” katanya. MMI menurutnya akan membangun kolaborasi kreatif dengan berbagai pihak secara professional, melibatkan pemerintah, media massa, dunia usaha, perguruan tinggi, komunitas dan instansi pendukung lain. “Kami membuka diri kerjasama dengan pihak manapun membangkitkan dunia seni, khususnya yang berkaitan dengan seni musik dan memilini nilai manfaat untuk masyarakat,” ujarnya. Disebutkan, digitalisasi dokumen merupakan salah satu kerja kreatif yang perlu dituntaskan dalam waktu cepat. “Dari sekitar 45 ribu koleksi tersebut, saat ini baru sekitar 1 persen yang sudah terdigitalisasi, sehingga masih ada sekian puluh ribu yang perlu tertangani,” terangnya. Digitalisasi dokumen ini untuk merupakan tuntutan agar koleksi tersebut terjaga dengan baik. Proses alih media menjadi bentuk digital ini upaya mengarsipkan koleksi agar lebih efisien dan optimal dalam penyimpanan serta menjaga keamanan sehingga gambar, suara, resolusi dan hal lain pada dokumen tersebut tetap stabil. Koleksi MMI yang diantaranya tergolong langka tersebut tidak menutup kemungkinan dapat menjadi referensi untuk kegiatan penelitian seni budaya maupun cabang ilmu lain yang memberi nilai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kurun waktu tujuh tahun terakhir, dikatakan bahwa MMI telah melayani masyarakat dan wisatawan, khususnya mahasiswa yang memerlukan data dan informasi untuk tugas-tugas akademisnya, termasuk peneliti-peneliti dari luar negeri. Nana mengatakan tahun ini MMI akan menggelar lomba lagu-lagu daerah bertema ‘Nusantara Bernyanyi’. Kerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, event ini diikuti siswa setingkat SD dan SMP se Kota Malang pada bulan Agustus 2023, bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI. “Event Nusantara Bernyanyi ini harapannya memunculkan bibit penyanyi baru, dan yang tak kalah pentingnya adalah membumikan lagu daerah di negeri ini, karena (khawatir, red) kalah dengan K-Pop dan sejenisnya. Ini bentuk kepedulian pada generasi muda agar tidak lupa akarnya (budaya adiluhung bangsa Indonesia, red),” urainya. Program ini menurutnya merupakan kelanjutan dari program dokumentasi Tradisional and Ethnic Music in Indonesia yang didukung UNESCO melalui proyek MOWCAP (Memory of The World Asia Pacific) tahun 2021. Sebanyak 20 judul lagu daerah telah lolos kurasi dan akan menjadi lagu wajib dan lagu pilihan bagi peserta. Disampaikan, rintisan MMI bermula dari pendirian Galeri Malang Bernyanyi (GMB) pada 2009 yang diinisiasi Komunitas Pencinta Kajoetangan dan diresmikan Walikota Malang Peni Suparto. Kemudian, pada 2016, GMB bertransformasi menjadi Museum Musik Indonesia yang berbadan hukum yayasan. Peresmiannya oleh Badan Ekonomi Kreatif dan Pemkot Malang. Beberapa kegiatan strategis MMI antara lain turut mendukung Ambon sebagai Kota Musik Dunia, mendapatkan sertifikat standarisasi museum kategori B dari Kemendikbud, serta mendapatkan dukungan UNESCO untuk mendokumentasikan musik nusantara yang meliputi 100 album lagu-lagu daerah dari Sumatera sampai Papua. MMI juga melakukan penerbitan berbagai buku dan katalog bertema musik sebagai upaya pelestarian warisan budaya dan bermanfaat sebagai sumber data penelitian. Perpustakaan Nasionalpun memberikan anugerah kepada MMI sebaga Mitra Perpustakaan Nasional. (ari/gus)
Sumber: