Menikah dengan Lelaki Pengelana Dunia Malam (2)

Menikah dengan Lelaki Pengelana Dunia Malam (2)

Yang membuat Asih tidak bisa membendung amarah adalah kenyataan bahwa Timan tak hanya suka bermain kasar kepadanya, melainkan juga kepada anak mereka. Bocah yang belum genap berusia setahun itu sering dibentak-bentak dan dijundu (kepalanya didorong dengan keras). Walau perilaku Timan sangat menyakitkan, Asih mencoba memendam soal itu sendiri. Dia malu mengadu kepada orang tuanya karena mereka dulu tidak menyetujui hubungan Asih dan Timan. Pemuda kampung sebelah keluarga Asih ini dinilai ayahnya sebagai pembuat onar dan sering berganti-ganti pacar. “Play boy kacangan kok arep dirabi. Opo gak wedi digawe dulinan wong lanang ngono kuwi? (Play boy kelas kampung kok dijadikan suami. Apa tidak takut dipermainkan lelaki seperti itu?). Bapak dulu pernah ngendikan seperti itu,” tutur Asih. Asih sering berpikir, “Benarkah ketidakbahagiaan keluargaku karena perkawinan kami tidak direstui orang tua?” Sebab, faktanya, sepanjang usia perkawinannya dengan Timan yang belum genap tiga tahun, sepanjang itu pula penderitaan yang dia rasakan. Ada peristiwa yang tidak bisa dilupakan Asih di awal ernikahannya dengan Timan. Waktu itu Asih sedang hamil lima bulan. Mereka diundang perkawinan saudara ipar Timan di Mojokerto. Ketika hendak pulang ke Surabaya, ban motor mereka bocor karena melindas paku di depan Masjid Agung barat alun-alun. Bukannya meminta Asih duduk sambil menunggu Timan tambal ban, Asih malah disuruh mendorong motor, sementara Timan duduk di jok. Pernah juga suatu malam sepulang dari kelayapan entah ke mana, Asih dipaksa bangun dari tidurnya dan disuruh membeli kopi di ujung gang karena di rumah sedang kehabisan kopi. Ketika permintaan itu ditolak, Asih didorong-dorong dengan kasar sampai jatuh dan kepalanya membetur tembok. Sudah begitu, Asih masih tetap disuruh beli kopi dan Timan enak-enakan selonjoran di sofa. Ketika Asih datang dengan sebungkus plastik kopi panas di tangan, Timan malah sudah lelap tertidur. Kopi yang sudah dipindah ke cangkir dan ditaruh di meja utuh sampai siang hari, saat Timan bangun dari tidurnya. “Saya dimarahi. Katanya kok tidak dibangunkan,” kata Asih kepada adiknya. Asih hanya merasakan tujuh atau delapan bulan mereguk manisnya perkawinan. Selebihnya adalah penderitaan yang tak bertepi. Dan, penderitaan itu jadi berlipat ketika pada suatu pagi buta Asih melihat seorang perempuan cantik dan seksi di boncengan motor sang suami. Di depan rumah. Di depan pintu ruang tamu. Ceritanya, seperti biasa Timan malam itu tidak pulang. Karena itu, mendengar suara motor di depan rumah, dengan ogah-ogahan Asih membukakan pintu. Saat daun pintu ditarik ke dalam, terlihatlah perempuan itu. (jos, bersambung)  

Sumber: