Guru Cabuli 20 Murid di Gudang Sekolah, Terlapor Bebas Gentayangan
Surabaya, memorandum.co.id - Lambatnya penanganan kasus pencabulan yang dilaporkan ke Mapolrestabes Surabaya, membuat para orang tua resah. Sebab, meski polisi menegaskan sudah mengantongi identitas terlapor tetapi hingga saat ini masih bebas gentayangan. Polisi pun berdalih bahwa pihaknya bergerak sesuai mekanisme prosedur hukum yang berlaku dan tidak grusa-grusu (terburu-buru). Padahal, jumlah murid yang menjadi korban dari oknum guru di sekolah kawasan Kapas Madya mencapai 20 siswa. Itu bisa bertambah, mengingat banyak orang tua yang tidak berani melaporkan kejadian yang menimpa anaknya akibat perbuatan bejat oknum guru tersebut. “Korbannya sekitar 20 anak dari hasil interogasi awal dan akan kami periksa semuanya. Sudah mengantongi identitas terlapor dan setelah pemeriksaan segera menangkapnya. Kami tidak grusa-grusu (terburu-buru),” ujar Kanit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Wardi Waluyo saat dikonfirmasi, Minggu (19/2). Tambah Wardi, untuk laporan (LP) masih di SPKT dan belum turun ke mejanya. “Meski belum turun, pihaknya sudah interogasi awal dan akan mengebut laporan para wali murid dengan memeriksa korban, Senin (21/2),” tegasnya. Disinggung apakah tidak khawatir terlapor kabur, mengingat ada kabar dari wali murid bahwa sudah dipecat dari sekolah tersebut, lagi-lagi Wardi menegaskan akan segera menangkapnya. “Kami sudah mengantongi identitasnya,” pungkas Wardi. Sementara itu, pasca dugaan pencabulan yang dilakukan oknum guru inisial AR, membuat puluhan siswa trauma dan tidak mau masuk sekolah. Seperti yang diungkapkan RN, nenek salah satu korban berinisial FR saat ditemui di rumahnya, Minggu (19/2). "Cucu saya sekarang tidak mau masuk sekolah karena takut ketemu gurunya," kata RN. Bukan hanya cucunya, kondisi yang sama juga dialami beberapa murid. Namun sebagian ada yang sudah berani masuk ke sekolah. RN mengungkapkan, dari keterangan cucunya, korban bisa lebih karena setiap pelajaran Indera Perasa di sekolah selalu ada yang dipanggil oleh oknum guru tersebut. "Antara dua sampai tiga murid yang dipanggil guru itu dan dibawa ke gudang di belakang sekolah dekat tangga," beber RN. Tapi, kata RN, orang tua siswa tidak berani melapor dan hanya rasan-rasan di kalangan teman-temannya saja. Dan baru terungkap setelah cucunya berani mengungkapkan kepadanya. Selanjutnya, apa yang didengar dari cucunya itu oleh RN diberitahukan kepada suami dan orang tua FR. "Saya kaget mendengar cerita dari cucu," ungkap RN. Ternyata, diketahui korbannya bukan hanya cucunya saja melainkan siswa lainnya dan akhirnya melaporkannya ke Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya. Menurut keterangan cucunya, pelajaran Indera Perasa sudah berlangsung lama dan masuk ke dalam kurikulum sekolah atau tidak. "Saya tidak tahu, ya keterangan dari cucu sudah berlangsung sejak duduk kelas 1," tandasnya. Pihaknya berharap oknum guru yang tega mencabuli para murid ditangkap dan dihukum setimpal atas perbuatannya. "Saya harap terduga pelaku cepat ditangkap polisi. Informasinya guru tersebut sudah dipecat dari sekolah," pungkas RN. Sementara itu, Memorandum berusaha konfirmasi ke sekolah sekaligus menjadi TKP dugaan pencabulan puluhan murid di daerah Kapas Madya, namun tidak ada jawaban. Padahal di halaman sekolah berpagar putih dan pintu gerbang hijau tersebut terdapat mobil yang terparkir. Meski diketuk berkali-kali tapi tidak ada yang keluar. "Ada tadi barusan datang orangnya," kata seorang wanita yang rumahnya dekat dengan sekolahan tersebut. Wanita tersebut juga mengatakan, sebelum Memorandum datang, ada wanita berjilbab biru juga mencoba menghubungi pihak sekolah namun juga tidak ada yang membukakan pagar sekolah. “Tadi juga ada wanita yang berhenti di depan gerbang sekolah. Sempat menelepon tetapi tidak ada yang keluar dari sekolah,” tambah wanita itu. Memorandum.co.id yang mengkonfirmasi nomor telepon yang tertera di papan identitas sekolah tersebut juga tidak ada respons. Seperti diketahui, dugaan pencabulan yang dialami puluhan siswa SD oleh oknum guru tersebut di mana kedua mata korban ditutup hasduk, dan kedua tangan diikat ke belakang, lalu korban disuruh merasakan bagian sensitif oknum guru tersebut ke mulutnya. Kejadian ini dilakukan waktu pelajaran Indra Perasa di sekolah. Di mana dalam pelajaran itu permainan teka-teki di kelas menggunakan media stipo. Bagi siswa yang terkena stipo lalu disuruh keluar dari kelas oleh guru tersebut lalu diajak keluar kelas menuju gudang kosong hingga terjadi pencabulan tersebut. (rio/fer)
Sumber: