Derita si Cantik Nikah namun Bertahan dalam Keperawanan (3)

Derita si Cantik Nikah namun Bertahan dalam Keperawanan (3)

Awanya Farida menuruti nasihat orang tuanya untuk mengajak Budi ke dokter. Dia berharap pembenahan fisik dan psikologi terhadap suaminya benar-benar mampu menjadikan Budi sebagai lelaki sejati. Ternyata gagal. Ada pengalaman menarik pada usaha Farida membantu Budi agar bisa berubah normal. Hampir seluruh malam dihabiskan Farida untuk membangkitkan gairah Budi. Mulai yang tradisional dengan menjadikan senjata Budi sebagai es krim hingga semimodern dengan memutar salah satu sesi pada pemilihan ratu kecantikan sejagat: parade lingerie. Farida juga sudah mengutak-atik senjata Budi dengan berbagai cara. Tapi, apa hasilnya? Tetap menunduk. Senjata Budi selalu menunduk di depan sang istri. Seperti tentara kalah perang, diseret ke sana-kemari tanpa daya. Sampai akhirnya Farida putus asa. Dia lelah dan tertidur pulas di samping Budi. Entah berapa lama sejak terlelap, tiba-tiba Farida terbangun karena merasa ada sesuatu yang bergerak-gerak di punggungnya. Saat Farida beringsut, dia sekilas melihat Budi menarik tangan dia yang tertimpa tubuhnya. Yang lebih mengejutkan, Farida menyaksikan senjata Budi berdiri tegak seperti tentara upacara. Secara bersamaan Farida melirik layar televisi. Di sana tampak seorang pria atlet loncat indah sedang beraksi. Diputar berulang-ulang. Sesekali diputar slow motion untuk menujukkan indahnya saat tubuh sang atlet tersebut ditelan kolam renang. Deg! Itulah yang terasa di dada Farida. Dia berpikir: jangan-jangan senjata Budi berdiri tegak karena sedang fokus menyaksikan tubuh atletis si peloncat indah. Kalau itu yang terjadi, artinya sudah terbuktikan Budi benar-benar terindikasi kuat sebagai penyandang LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Apalagi? Tumpukan harta tidak ada artinya bagi Farida bila anugerah yang satu ini tidak bisa dinikmati. Hidup seolah berlayar di atas kapal tanpa air, sambal seolah tanpa cabai dan garam, mimpi seolah tanpa tidur. Nggak masuk akal. Aneh… Farida mengaku tidak paham bagaimana pikiran orang tuanya yang meminta dia bersabar tanpa solusi. Seperti slogan pegadaian saja: mengatasi masalah tanpa masalah, tapi barang-barang di rumah ludes tanpa sisa. Farida tidak ingin seperti itu: umurnya habis tanpa bisa menikmatinya. Tahu-tahu rambutnya putih, giginya rontok, dan masa berlaku mahkotanya expired dimakan gerusan air seni. Budi memang baik. Perhatian. Setiap kebutuhan Farida selalu dipenuhi, dan tidak pernah berbuat aneh-aneh di luar rumah. Tapi, cukup itu sajakah kebutuhan seorang istri? (jos, bersambung)  

Sumber: