Perempuan Asemrowo Surabaya Kabur saat Diculik
Surabaya, Memorandum.co.id - Febri Andriana (27), warga Asemrowo Gang 3 diduga menjadi korban penculikan dan perampasan barang berharga oleh komplotan terduga pelaku dengan modus suami mengalami kecelakaan. Kapolsek Asemrowo, Kompol Hari Kurmiawan membenarkan informasi dari pihak keluarga terkait kejadian yang menimpa korban Ana. Namun, lanjutnya, korban sampai sekarang belum berkenan dimintai keterangan. "Kita hanya dapat keterangan keluarganya. Sampai sekarang korban tidak mau. Alasannya karena dia sudah kembali," ungkap Hari. Hari menjelaskan, peristiwa tersebut terjadi di wilayah Waru, Sidoarjo atau di Terminal Purabaya. "Pada saat itu korban ditelepon orang tidak dikenal dengan modus mengabarkan bahwa suaminya (korban) kecelakaan, padahal sebenarnya tidak. Korban dengan panik akhirnya datang ke terminal, di sana sudah ada beberapa orang," imbuhnya. Lantas korban Ana saat itu seperti digendam oleh orang tersebut dan menururi masuk mobil. "Dia seperti ditepuk pundaknya (digendam) lalu diajak muter-muter, pada saat itu barang-barang korban seperti uang dan perhiasan diambil pelaku," ungkapnya. Pihak keluarga baru menyadai bahwa Ana diperdayai orang tersebut setelah suami korban pulang dengan kondisi tidak seperti yang disampaikan. "Dikontak dibalas, tapi ditelepon nggak diangkat. Hingga korban berhasil kabur dan diselamatkan saudaranya," imbuhnya. Lantas, lanjut Hari, karena kejadian berlangsung di wilayah Waru, pihaknya akan mengantarkan korban ke Polsek setempat. "Kami akan fasilitasi dan kami antarkan ke sana (Polsek Waru) untuk laporan. Tapi korbannya bilang katanya nggak usah karena sudah selamat," imbuhnya. Sementara itu, Dwi, kakak korban menjelaskan, kejadian bermula pada Jumat (13/1/2023) sekitar pukul 21.00 WIB, Ana mendapat telepon dari nomor tidak dikenal. Penelepon mengatakan suami Ana mengalami kecelakaan. Ana diminta menjemput suaminya ke Bungurasih. “Adik saya berusaha menelepon handphone suaminya, tapi tidak diangkat. Dia panik, sempat pamit ke ibu dan langsung berangkat naik ojek online,” kata Dwi. Pada saat pelaku menelepon, suami Ana belum pulang kerja. Pihak keluarga baru menyadari peristiwa penipuan tersebut ketika malam itu juga suami Ana pulang kerja dan tidak terlibat kecelakaan. Sesampainya di Bungurasih, kata Dwi, pelaku langsung memasukkan adiknya ke dalam minibus Elf warna hitam yang tidak diketahui nomor pelatnya. “Menurut adik saya, pelakunya empat orang, laki-laki semua. Salah satu pelaku berbahasa Jawa,” tutur Dwi. Saat Ana dimasukkan ke dalam minibus tersebut, sudah ada tiga perempuan lain yang menurut Ana juga korban. Keempat korban tidak boleh keluar dan minibus itu mulai melaju. Pelaku lalu meminta barang berharga para korban seperti perhiasan, handphone, menguras rekening via m-banking, dan menyuruh korban minta keluarganya mentransfer sejumlah uang. Pelaku juga memfoto wajah dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) para korban. “Isi rekening adik saya tidak banyak, tapi rekening ketiga korban lainnya dikuras sampai habis. Adik saya diminta, minta keluarganya transfer uang Rp1,8 juta. Kalau tidak mengirim, (korban) mau dikirim ke luar negeri,” kata Dwi. Menurut cerita Ana, ada korban yang dibebaskan setelah keluarganya mengirim sejumlah uang yang diminta komplotan pelaku. Sedangkan Ana belum dibebaskan karena keluarganya belum mengirim uang. Selama disekap dalam mobil, Ana berhasil mengabarkan lokasi keberadaannya melalui fitur shareloc di ponselnya yang lain. Kebetulan Ana membawa dua ponsel dan yang diambil komplotan pelaku hanya satu. Lokasi pertama yang ditunjukkan shareloc ponsel Ana adalah Osowilangon, kemudian Lamongan, lalu Tuban. “Saya sudah lapor ke Polsek Asemrowo, lalu ke Polres Perak. Polisi menyuruh saya kembali besoknya, menunggu 1 x 24 jam. Jadi saya cari sendiri. Suaminya mengejar naik sepeda motor, sedangkan saya cari pinjaman mobil,” ujarnya. Suami Ana menduga kendaraan pelaku yang membawa istrinya akan ke Semarang sehingga Dwi diminta memotong arus lewat Tol. Rupanya kendaraan pelaku lolos dan shareloc terakhir Ana dari Tol Jakarta, bergerak kembali ke Pemalang, Jawa Tengah. Dwi sempat bertemu suami Ana di Pekalongan. Saat hampir menuju Jakarta, langsung putar balik ke Pemalang. Dwi dan suami Ana mengikuti shareloc Ana yang bergerak terus. “Posisinya selalu 20 kilometer di depan kami, keluar masuk Tol. Sabtu sekitar jam tujuh malam, sama sekali hilang kontak. Saya sudah mau kembali, ternyata adik saya berhasil kabur,” kata Dwi. “Dia minta ke toilet SPBU. Waktu di toilet, dia lari ke arah jalan raya dan langsung naik bus yang lewat. Dia tidak tahu lokasinya di mana. Setelah turun di Kampung Rambutan, dia mengabari suaminya. Karena posisi saya masih di Pekalongan, saya minta temannya yang di Bogor menjemput. Saya jemput adik saya di Bogor,” lanjut Dwi.(alf)
Sumber: