Pascasuami Kecelakaan, Istri Terpaksa Jadi SPG Plus (3-habis)
Seharian mereka menghabiskan waktu di Pacet. Baru pukul 20.00 turun ke Surabaya. Sampai di rumah, pecahlah perang Lutfi vs Rindang. Lutfi menuduh Rindang berkhianat. Eloknya, Rindang tidak mengelaki tuduhan suaminya. Dia bahkan terang-terangan mengaku mengapa memilih jalan demikian. Salah besar, memang. Rindang lantas blak-blakan mengatakan terpaksa mengambil pilihan itu demi uang. Demi menjaga keutuhan rumah tangga mereka. Gajinya sebagai SPG rokok tidak mencukupi kebutuhan keluarga, meski mereka belum punya anak. Fakta ini yang mendasari Rindang memilih menjadi SPG plus-plus untuk memenuhi kebutuhan keluarga Di sisi lain, Lutfi memang belum bisa diharapkan sejak kecelakaan menimpanya, beberapa tahun lalu. Kedua kakinya sebatas lutut diamputasi sehingga Lutfi terpaksa harus menghabiskan sisa usia di kursi roda. Kenyataan tersebut dianggap Lutfi sekadar alasan Rindang untuk mencari kepuasan di luar rumah, sementara dirinya tidak bisa memberikan kepuasan maksimal. “Sebenarnya aku masih bisa memberikan nafkah batin kepada istri. Tapi, memang tidak bisa maksimal seperti dulu. Kalau nafkah uang, aku memang tidak pernah memberinya,” aku Lutfi. Walau begitu, harga diri Lutfi sebagai lelaki merasa direndahkan. Karena itu dia mengajukan perceraian di PA. Kini sidang memasuki babak mediasi. “Tadi hakim menasihati kami untuk membatalkan gugatan cerai. Masalahnya, kami dinilai masih saling mencintai. Jujur, walaupun Rindang sudah jelas bersalah, aku masih mencintai dia. Asalkan dia mau bertobat,” tambah Lutfi. Di sisi lain, Rindang juga masih sangat mencintai Lutfi. Dia terpaksa merendahkan harga dirinya demi kelangsungan biduk rumah tangga. Kata hakim, seandainya Rindang sudah tidak mencintai Lutfi, apa susahnya bagi Rindang untuk meninggalkan Lutfi. Juga, demi menjaga martabat Lutfi sebagai kepala rumah tangga. “Tapi, jalannya itu lho yang salah. Yang bikin aku nggak habis pikir,” tegas Lutfi. Tiba-tiba Rindang muncul di antara kami. Dia datang bersama penasihat hukumnya. “Ya, sebaiknya kalian tidak usah bercerai. Setiap rumah tangga pasti ada halang rintangnya,” kata pengacara tersebut sambil menepuk pundak Lutfi. Pengacara itu juga menyarankan Lutfi membuka usaha di rumah sehingga bisa kembali memberikan nafkah kepada keluarga. “Sekarang zaman digital, Mas. Zaman online. Cobalah mencari celah pekerjaan yang bisa dilakukan tanpa harus meninggalkan rumah. Saya kira Mas Lutfi jauh lebih paham ketimbang aku,” tambahnya. Walau bukan sarjana, Lutfi menguasai dunia teknologi informasi (TI). Dia jebolan SMK di Malang. Sambil terus memberikan nasihat kepada Lutfi dan Rindang, pengacara berdarah Madura tadi memegang lengan Memorandum, mengajak berpindah tempat duduk agak menjauh dari pasangan Lutfi dan Rindang. Memorandum pun angkat pantat dari kursi, berjalan mengikuti sang pengacara. Tak lama berselang, Memorandum melirik Lutfi dan Rindang yang sedang berpelukan erat. “Mudah-mudahan Lutfi secepatnya menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan keluarga,” kata pengacara tadi. “Amin,” sahut Memorandum. (jos, habis)
Sumber: