Pasangan Suami-Istri dengan Dua Kemudi Bahtera (2)

Pasangan Suami-Istri dengan Dua Kemudi Bahtera (2)

Sepertinya permainan Wanda bukan rahasia lagi. Hamid sayup-sayup pernah mendengar Wanda bermain api vs lelaki lain pada tahun pertama perkawinan mereka, Awalnya Hamid memang tahu hanya ada satu lelaki yang dekat dengan istrinya: atasan dia, sebut saja Jangki. Waktu itu Hamid mendapat tugas keliling daerah di Jatim dan Bali. Dia harus menyediakan waktunya dua minggu. Tapi, pada hari ketiga lelaki berkumis tipis ini terpaksa harus pulang karena ibunya masuk rumah sakit.   Saat pulang itulah Hamid memergoki Wanda digandeng mesra oleh Jangki masuk mobil sekeluar dari sebuah restoran di batas kota. Dia sempat emosi dan mengejar kedua orang ini. Cukup jauh hingga uar kota.   Hamid baru berhasil menyusul mobil Jangki sesampai di SPBU menjelang kawasan wisata Pacet, Mojokerto. Hamid menghentikan mobilnya tepat di depan mobil Jangki.   Hamid membuka kaca candela dan membungkukkan kepala. Dia juga melirik ke arah Wanda. Itu saja. Dilihatnya keterkejutan di raut wajah Jangki dan Wanda. Hamid memandang lekat-lekat mereka.   “Selamat sore, Pak. Selamat menikmati,” ucap Hamid. Tanpa menunggu jawaban, dia ngegas kendaraannya putar balik menuju Surabaya.   Setelah itu seperti tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Jangki diam saja, juga Wanda. Apalagi Hamid, walau di dasar hati lelaki ini selalu menggelegak darah kesumat terhadap Wanda dan Jangki.   Kekhawatiran yang sudah lama Hamid pendam kini betul-betul sudah menjadi kenyataan. Hamid sangat yakin ini pasti terjadi karena dia sebenarnya bukan lelaki yang diidam-idamkan Wanda. Dia hanyalah orang kaya abal-abal, sementara yang yang diincar Wanda adalah yang berkantong tebal asli. Yang tajir melintir.   Hamid marah. Tapi, perasaan itu dia pendam. Yang muncul di hatinya malah Semangat untuk balas dendam. Dia bertekad bakal mencari perempuan yang lebih baik dari Wanda. Ya wajahnya, ya bodinya; bila perlu Hamid bakal mencari perempuan yang cantik, seksi, dan kaya raya. Yang bisa dia pamerkan di depan Wanda dan Jangki.   Diakui Hamid, meskipun tahu bahwa dirinya didua, tiga, empat, atau dilimakan oleh Wanda, dia tak bisa serta merta meninggalkan perempuan tersebut. Entahlah, ada secuil rasa eman-eman bila harus meninggalkan istrinya tersebut.   Sebenarnya dia tidak bisa memastikan apakah yang ada di dalam hatinya itu rasa sayang, nafsu, atau yang lain. Yang jelas, Hamid tidak bisa dalam seminggu tidak bersentuhan dengan Wanda. Walaulah, yang dia dapatkan dari Wanda hanyalah pelayanan tanpa cinta.   Bagaimana tidak? Saat berhubungan, Hamid hanya merasa sedang memuaskan nafsunya, yang dia akui selalu dia dapatkan dari perempuan ini. Padahal, di sisi lain dia tahu pelayanan yang diberikan Wanda sangatlah terpaksa. Hanya formalitas. Hanya untuk menggugurkan kewajiban seorang istri.   Bahkan, sering terjadi hubungan itu tidak disertai perbincangan. Hubungan tanpa kata. Aneh, memang. Di satu bagian, Hamid mengetahui istrinya berhubungan dengan banyak pria, di bagian lain dia tidak bisa meninggalkan perempuan itu, bahkan sering mendapat kepuasan darinya. Hubungan dengan banyak perempuan lain di luar sana tidak ada yang memuaskan seperti yang Hamid dapatkan dari Wanda. (jos, bersambung)    

Sumber: