Kenangan Kenanga dari Tugas Dinas di Pedalaman Kalimantan (5)

Kenangan Kenanga dari Tugas Dinas di Pedalaman Kalimantan (5)

Satu per satu anggota akhirnya keluarga Kenanga pulang. Yang tinggal hanya sepi. Slamet pun menutup pintu. Tanpa diduga, tubuh Slamet didekap dari belakang. Lembut sekali. Refleks Slamet memegang tangan yang melikari pinggangnya. Pelan-pelan Slamet menoleh. Secercah senyum mengembang di depannya. Milik seorang gadis. Cantik. Putih bersih. Slamet tertegun. Pelan-pelan dia membalikkan tubuh. Slamet kaget. Dia tidak menyangka Kenanga masih tinggal di rumah kontrakannya, sementara keluarganya sudah pada pulang. Dan, kini gadis itu sedang erat-erat memeluk tubuhnya. Naluri kelelakian Slamet tak bisa ditahan. Menjebol plafon kesopanan. Memutus urat kemaluan. Memorakporandakan pertahanan iman. Dan, menyatukan bingkai nafsu alami manusia. Malam itu akhirnya pecah oleh dosa. Keesokan harinya Slamet akhirnya meninggalkan Kapuas. Dengan sejuta kenangan. Dan, malam terakhir di kota itu menjadi kenangan yang paling indah. Burbunga. Berwarna-warni. Semerbak mewangi. “Kapan kembali kemari?” itulah pertanyaan yang diucapkan Kenanga di bandara ketika mengantarkan kepulangan Slamet. Tidak ada jawaban. Slamet hanya tersenyum. Walau begitu, Kenanga tidak mengejarnya dengan pertanyaan lain, sampai Slamet terbang. Sampai Slamet pulang ke anak-istrinya. Sampai di Surabaya, Slamet disibukkan beragam kegiatan. Di rumah, apalagi di tempat kerja. Hari-hari pun berlalu dengan rutinitasnya. Kenangan di Kalimantan lambat laun tertutup oleh waktu. Juga kenangan yang paling indah. Penyandang gelar playboy ini sepertinya bahkan sudah melupakan semuanya. Ya, semuanya. Beberapa kali WA dari Kenanga hanya dijawab sekadarnya. Telepon dari dia malah jarang diangkat. Seiring perjalanan waktu, Kenanga hanya dianggap sebagai kepingan-kepingan puzzle masa lalu. Hampir setengah tahun setelah tidak ada lagi WA dan telepon dari Kenanga, muncullah teror itu. Slamet merasa kehilangan alat vitalnya. Barang itu kadang pindah ke atas lemari, kadang bergelantungan di jemuran, bahkan kadang tampak melayang-layang di udara. Itu sering terjadi saat Slamet mempunyai keinginan berhubungan intim. Tidak saja dengan istri, tapi juga saat berpetualang di luar rumah. Kapan pun. Di mana pun. Tentu saja fenomena ini menjadikan Slamet sangat tersiksa. Slamet kalut. Pikirannya buntu. Dia coba berkonsultasi dengan beberapa paranormal. Hasilnya, mereka rata-rata menyatakan kejadian tersebut akibat karmanya karena menyakiti hati wanita. (jos, bersambung)  

Sumber: