Purnama Djati Wati, Sosok Wanita Peduli Nasib Kucing Terlantar

Purnama Djati Wati, Sosok Wanita Peduli Nasib Kucing Terlantar

Surabaya, memorandum.co.id - Purnama Djati Wati, perempuan pemilik shelter kucing di kawasan Rungkut, Surabaya Timur, memungut kucing-kucing yang terlantar di jalanan untuk dirawat. Setelah sembuh, kucing-kucing akan dicarikan adopter. Kini ada 90 ekor kucing menunggu di adopter. Puluhan ekor kucing peliharaan Purnama Djati Wati, mayoritas kucing dipungut dari jalanan Surabaya yang terlantar karena dibuang pemiliknya. Di shelter tersebut terlihat luas, bersih, berada di tengah-tengah perumahan dengan suasana alam yang dipenuhi rerumputan.  Di dalam, tampak banyak kucing berada di kandangnya. Ada yang sakit dalam masa perawatan di ruang perawatan. Terlihat juga satu kandang berisi sekeluarga kucing ibu dan lima anaknya yang disteril. Adapula kucing dalam kondisi cacat karena patah tukang kaki terlihat di ruang lain bersama kucing lainnya. Hewan domestik tersebut tampak sehat meski cacat. Rumah singgah berdiri sejak tahun 2012. Jadi sudah 10 tahun Djati merawat kucing. Prinsip Djati, sudah menganggap kucing-kucing di shelter seperti anak sendiri. setiap kucing yang ikut dengannya merasa kasihan. Pastinya bila kucing-kucingnya dapat adopter dan adopternya baik saya ikut bahagia. Paling lama kucing di sini ada yang sampai 15 tahun. Djati, sapaan akrab Purnama Djati Wati, mengaku tidak mau menerima pemberian kucing dari pecinta kucing yang sudah mulai bosan dengan pemiliknya. Karena selama ini Djati tidak pernah menerima kucing yang sehat. Kucing-kucing yang terlantar biasanya dibuang oleh pemiliknya di jalan. Dimasukkan di kantong plastik lalu dibuang pemiliknya ke tempat sampah. "Kebanyakan kucing-kucing di shelter saya ambil (ketemu) di jalan dan terlantar dalam keadaan sakit. Kemudian diambil dan dirawat di shelter. Nanti kalau sudah sembuh dicarikan adopter," kata Djati. Djati awalnya mencari adopter dari kalangan teman-temannya yang ditawari untuk merawat kucing-kucingnya. "Sampai saat ini di shelter total ada 90 ekor kucing yang kini menunggu adopter," ungkap Djati. Djati mengaku, awal memelihara kucing sejak berusia remaja atau ketika masih perawan. Kemudian menemukan seekor kucing terlantar di jalan dalam keadaan sakit. Djati merasa kasihan dan memungut membawanya ke rumah untuk dirawat. Perempuan berhijab itu, tidak merasa takut dimarahi orangtuanya karena membawa kucing ke rumah. Kebetulan orangtuanya juga suka kucing, jadi bak gayung bersambut untuk merawat kucing bersama-sama. "Mungkin sudah turunan ya dari orangtua suka kucing dan merawat," ungkap Djati tertawa. Kesulitan memelihara kucing, kata Djati, shelternya merupakan rumah mandiri jadi semua biaya ditanggung sendiri. Kemudian sulitnya mencari adopter kucing. Sehingga kucing yang masuk dan keluar tidak berimbang. Jadi lebih banyak kucing yang berada di shelter menunggu diadopsi. Djati mengungkan, memberi makanan kepada kucing bervariasi. Bila kucingnya sakit dan tidak mau makan diberi makanan yang lembut-lembut. Merawat seperti anak sendiri. Kalau kucingnya masih bagus dan tidak sakit dikasih dryfood atau kadang ikan tongkol dan makanan kalengan. "Menurut saya tergantung disesuaikan sesuai dengan kebutuhan saja," ujarnya. Dalam sebulan, Djati mengaku dalam bisa menghabiskan dana pemeliharaan kucing sekitar Rp 20 juta per bulan. Termasuk tiga karyawannya yang bertugas merawat kucing, pengobatan, memberi makan, dan membersihkan shelter dengan gaji Rp 3 juta per bulan. "Biaya operasional tidak sedikit dan naik turun. Makanya kalau tidak urgent banget tidak saya angkat (rawat) kucing karena saya juga menyesuaikan kondisi keuangan," kata Djati. Sejauh ini kucing yang sudah diadopsi tidak bisa ditargetkan. Dalam sebulan November 2022, ada 4 ekor yang diadopsi oleh pecinta kucing. Djati menegaskan, dalam menilai adopter yang hendak mengadopsi kucing dari shelter persyaratan yang harus dipenuhi. Nomor 1 secara keuangan mampu, tempat tinggalnya juga layak bagi kucing. Jangan nanti rumahnya tidak kayak, diusir warga lalu kucingnya ditinggal. Sebenarnya Djati bukan matre, tapi hanya memastikan kucing yang diadopsi hidupnya akan sejahtera terus. kemudian yang paling utama akan disurvei. Nanti jika sudah diadopsi Djati harus boleh mengunjungi rumah pengadopsi untuk memastikan perkembangan keadaan kucingnya dalam keadaan baik-baik saja. "Paling tidak saya bisa minta perkembangan kucing lewat pesan WhatsApp," ungkap Djati. Shelter milik Djati juga menerima penitipan kucing. Biasanya pada hari libur sekolah, Natal dan tahun baru, Lebaran. Ada sekitar 50 an kucing yang dititipkan. Per hari 35 ribu jika membawa makanan sendiri.  Hasilnya lumayan dan bisa dipakai biaya perawatan operasional kucing-kucing di shelter. Pernah menemukan kucing yang kebetulan melahirkan depan rumah temannya. Kemudian Djati membawanya ke shelter karena temannya itu suaminya masuk rumah sakit. Kemudian ke shelter untuk disteril agar tidak beranak pinak. "Semua kucing di shelter baik yang jantan maupun betina tidak bisa punya anak karena sudah disteril," beber Djati. Bagi Djati, semua kucing yang diambil dari jalanan mempunyai cerita bak drama sendiri-sendiri. Ada yang ditemukan tidak jalan, jalannya seperti suster ngesot, parah keadaannya. Ada yang ditemukan di tempat sampah dalam keadaan sekarat. Begitu dibawa ke shelter untuk dirawat namun akhirnya meninggal. Pernah Djati menemukan kucing, mulutnya tidak bisa menutup. Setelah diperiksa ternyata penyebab kucing usai makan tulang, dan tulangnya tertancap di rongga-rongga mulutnya. "Yang lebih kasihan lagi, ketika menemukan kucing yang baru dilahirkan dalam kondisi buta, sehingga tidak bisa apa-apa lantaran masih bayi," ujarnya. Bagaimana dengan omongan tetangga dengan berdirinya shelter? Djati mengaku, sengaja memilih tempat di sini karena memang jarang-jarang tetangganya dan rumahnya agak berjauhan, sehingga tidak terganggu. Kalau di tempat lain sebelumnya hanya menjaga kebersihan lingkungan. Alhamdulillah hingga sekarang shelternya tidak kekurangan dana sama sekali selama merawat kucing. Meski rumah singgah kucing yang dikelolanya secara mandiri tidak punya donatur tetap. Kalaupun ada donatur ke sini berarti kucingnya ada yang dirawat di shelter. "Pernah ada donatur ke sini bawa makanan kucing satu dua sak. Dari anak SMA untuk mengisi kurikulum. Karena merawat kucing di sini adalah tanggungjawab di shelter saya," kata Djati. (rio)

Sumber: