Transisi Energi Jadi Tantangan Industri Hulu Migas

Transisi Energi Jadi Tantangan Industri Hulu Migas

Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Nurwahidi. Batu, memorandum.co.id - Industri hulu migas akan menghadapi tantangan di masa mendatang, yaitu transisi energi. Industri yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat ini identik dengan produksi karbon dioksida untuk diubah menjadi energi yang lebih bersih. Itu tersampaikan dalam Lokakarya Media yang digelar oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), di Hotel Golden Tulip Kota Batu, Senin (14/11/2022). Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Nurwahidi menyampaikan hal itu tentunya harus disikapi dengan baik. “Jadi, ini (transisi energi, red) bukan sebagai ancaman bagi masyarakat sebetulnya, melainkan tantangan kita bersama,” katanya. Disebutkan, tren produksi gas di wilayah Jabanusa mengalami peningkatan sangat signifikan yang berasal dari Lapangan JTB milik PT Pertamina EP Cepu dan Lapangan MDA-MBH milik Husky – CNOOC Madura Limited. “Ini sangat membantu upaya pemenuhan kebutuhan gas di Jawa Timur yang selama dua tahun kebelakang belum bisa terpenuhi. Dari dua lapangan tersebut, akan ada tambahan sekitar 400 MMSCFD,” urai Pak Nur, sapaan akrabnya. Sementara itu, Kepala Departemen Humas SKK Migas Jabanusa, Indra Zulkarnain mengatakan SKK Migas telah meraih sertifikat ISO 370001 terkait Sistem Manajemen Anti Penyuapan. “ini penting untuk memastikan proses bisnis di SKK Migas berjalan sesuai dengan aturan, prosedur dan etika,” jelasnya. Indra menjelaskan proyeksi kebutuhan energi secara global khususnya minyak dan gas akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Indonesia memiliki target produksi minyak mentah sebesar satu juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, menurutnya membutuhkan invetasi sebesar USD187 miliar. “Tidak hanya soal nilai investasi, tapi tantangan dan kendala industri hulu migas lainnya juga tidak kalah besar terkait sinergi hulu-hilir, kepastian hukum dan hal lainnya,” paparnya. Ditambahkan, adanya wacana zero emisi memicu perusahaan migas internasional untuk berinvestasi di bidang energi terbarukan. Untuk itu, industri hulu migas mendukung penuruan emisi karbon, salah satunya dengan melakukan penanaman pohon. (*/ari/wan)

Sumber: