Media Massa Berperan Penting Kawal Industri Hulu dan Hilir Migas

Media Massa Berperan Penting Kawal Industri Hulu dan Hilir Migas

President Director Petronas Indonesia Yuzaini Md Yusof (kanan) menyerahkan memento kepada Kepala Departemen Komunikasi  SKK Migas Jabanusa Indra Zulkarnain. Surabaya, memorandum.co.id - Media massa memiliki peran dan fungsi penting untuk mengawal industri hulu dan hilir minyak dan gas bumi di Indonesia. Sinergi dengan media massa perlu diperkuat untuk menghadapi peluang dan tantangan industri migas pada masa mendatang. Hal ini ditegaskan Indra Zulkarnain, Kepala Departemen Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Wilayah Jawa Bali dan Nusa Tenggara (SKK Migas Jabanusa), dalam acara diskusi dan media gathering dengan para pimpinan redaksi media dari tiga wilayah, yakni Surabaya, Gresik dan Madura, yang digelar bersama Petronas, di Surabaya, Rabu (9/11/2022). SKK Migas Jabanusa mendorong semua pihak, terutama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk senantiasa menjalin hubungan mutualisme dengan media massa. "Kami butuh media agar masyarakat mengetahui kinerja kami. Masyarakat harus tahu keberhasilan KKKS adalah keberhasilan semua stakeholder dengan target 1 juta barrel per hari. Kami butuh media untuk memberitakan kami secara positif," kata Indra. SKK Migas Jabanusa melakukan pemantauan terhadap pemberitaan media massa setiap hari. "Alhamdulillah, berita negatif kurang dari 2 persen. Kami sangat mengucapkan terima kasih atas dukungannya media," katanya. Menurut Indra, ke depan banyak ikhtiar menguatkan energi terbarukan. "Tapi kita belum.bisa meninggalkan energi fosil. DEN menyebutkan kebutuhan terus naik gas naik 300 persen, minyak naik 105 persen," katanya. Indra mengingatkan, pada 2030, pemerintah menargetkan produksi 1 juta barrel per hari. "Kami jawab tantangan itu dengan kerja keras. Dan target drilling kami naik dibanding tahun sebelumnya. Harapannya bisa menemukan cadangan dan menambah produksi kita. Perlu kami sampaikan kita yang bekerja di hulu migas optimis target dan mimpi ini akan tercapai," katanya. Kuncinya para pelaku industri miga stidak alergi dengan media massa di era informasi seterbuka sekarang. Bahkan media massa arus utama sangat penting untuk mengonfirmasi atau membantah kabar-kabar yang muncul secara liar di media sosial. Kehadiran media massa sangat dibutuhkan pada situasi saat ini Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, salah satu tantangan yang dihadapi industri migas saat ini adalah krisis di Eropa. "Krisis Geopolitik Rusia-Ukraina yang memicu sanksi dari Uni Eropa dan AS terhadap Rusia menyebabkan terganggunya faktor fundamental supply-demand," katanya. OPEC berupaya untuk mengendalikan produksi untuk menyeimbangkan permintaan dan harga minyak dunia. Namun potensi resesin global yang berpotensi menurunkan tingkat permintaan global. Bank Sentral beberapa negara yang akan menaikkan suku bunga berpotensi menyebabkan perlambatan ekonomi global. Sementara itu banyak potensi migas di Indonesia yang perlu mendapat perhatian. Terhitung sejak akhir 2021, terdapat 128 basin, 68 di antaranya un-drilled atau belum dibor. Cadangan produksi lapangan migas di Indonesia tercatat 2.44 BBO and 43.6 TCF, berdasarkan data 19 Januari 2021. "Sekitar 70 persen wilayah kerja migas produksi telah mengalami penurunan produksi alamiah. Sementara biaya produksi dan pemeliharaan mature fields terus meningkat sejalan dengan penurunan kemampuan produksinya," kata Komaidi. Riset Inter-American Development Bank (IDB) 2020 menemukan bahwa pemberian insentif untuk mature fields dapat menambah umur keekonomian proyek rata-rata 30 tahun. Saat ini sekitar 52 persen atau 40 WK migas produksi merupakan mature fields. Sebanyak 36 WK berumur 25-50 tahun dan 4 WK berumur lebih dari 50 tahun. "Perbaikan fiskal dan insentif masih diperlukan untuk meningkatkan investasi migas ke depan dalam mencapai target 1 Juta BOPD Minyak dan 12 BCFD Gas di tahun 2030," kata Komaidi. Namun ternyata iklim investasi migas di Indonesia dianggap kurang menarik. Indeks Kemudahan Melakukan Bisnis 2020 yang dirilis World Bank menempatkan Indonesia di peringkat 73 dari 190 negara, dan Malaysia di peringkat 12, Meksiko 60, Brazil 124, Nigeria 132, dan Venezuela 188. Survei Fraser Institute Global Petroleum 2018 menempatkan Indonesia di 10 jurisdiksi yang paling tidak menarik untuk investasi, yakni peringkat ke 71 dari 80 jurisdiksi, di bawah Nigeria. Dalam kondisi seperti ini peran pers menjadi sangat krusial. Media massa berperan penting memberikan citra positif terhadap industri migas Indonesia. Media massa bisa dikatakan jendela atau etalase informasi bagi dunia untuk melihat bagaimana industri migas berjalan selama ini. President Director Petronas Indonesia Yuzaini Md Yusof, mengatakan acara tersebut diadakan dengan tujuan untuk memperkuat silaturahmi yang telah terjalin. "Selain itu untuk mengapresiasi kerja keras dari rekan-rekan media sebagai mitra dari industri hulu migas dalam penyampaian informasi mengenai kegiatan bisnis secara faktual, andal, nyata, dan lugas," katanya. Petronas sudah memperoleh manfaat dari relasi kerja sama yang baik dengan media massa. Terdapat sekitar 50 topik pemberitaan mengenai kegiatan Petronas di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir. "Pada tahun ini, terdapat beberapa pencapaian bisnis Petronas Indonesia yang diliput oleh media baik dalam skala nasional maupun lokal," kata Yusof. Salah satunya adalah peresmian produksi pertama dari proyek Bukit Tua Fase-2B dan penandatanganan Kontrak Kerja Sama untuk Wilayah Kerja North Ketapang pada Juni 2022. "Liputan positif seperti ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap pemberitaan industri hulu migas secara keseluruhan yang tentunya akan menunjang kegiatan operasi di Wilayah Kerja masing-masing pelaku industri," kata Yusof. Dalam minggu yang sama, Petronas Indonesia meresmikan dua program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), yaitu pembangunan Taman Ketapang dan breakwater yang terletak di Kabupaten Sampang. Persiapan pembangunan Taman Ketapang dimulai pada 2020 dan terbagi menjadi tiga tahap pembangunan. "Taman Ketapang dibangun dengan tujuan menjadi tempat rekreasi masyarakat, serta mendorong peningkatan ekonomi daerah melalui kios-kios UMKM di sekitarnya. Sementara itu, program pembangunan pemecah ombak (breakwater) yang berada di Desa Nepa dilakukan untuk memperbaiki jalur akses melaut para nelayan lokal dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas para nelayan di Kecamatan Banyuates dan Kecamatan Ketapang," kata Yusof. Tidak hanya itu, Petronas Indonesia juga telah melaksanakan penanaman 10.000 bibit mangrove di Desa Manyar Sidomukti, Gresik. (fer)

Sumber: