Bangun Fasilitas Kedokteran Nuklir RSUD BDH, Pemkot Siapkan Rp 94 M

Bangun Fasilitas Kedokteran Nuklir RSUD BDH, Pemkot Siapkan Rp 94 M

Surabaya, Memorandum.co.id  - Pembangunan fasilitas kedokteran nuklir di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) segera direalisasikan Pemkot Surabaya. Bahkan, tahun depan, pemkot sudah menyiapkan anggaran  Rp 94 miliar. Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Iman Krestian mengatakan,anggaran untuk pembangunan sudah digedok. Yang semula Rp 90 miliar, namun setelah direvisi muncul nilai Rp 94 miliar. “Anggaran sebesar itu tidak hanya untuk konstruksi bangunan, namun juga fasilitas berupa spektorn atau alat untuk menghasilkan atom. Khusus bangunan sekitar Rp 3,5 miliar, yang banyak untuk spektorn,” ungkap Iman Krestian. Iman menambahkan, sesuai rencana, lelang proyek ini akan dilakukan pada akhir tahun ini untuk manajemen konstruksi (MK). Selanjutnya, Januari akan dilelang dan Maret sudah ada pemenang lelang. “Kalau semuanya lancar, Insya Allah kami targetkan Desember 2020 sudah selesai,"kata dia. Gedung fasilitas kedokteran nuklir itu sendiri dibangun tiga lantai.Yaitu satu lantai di bawah tanah atau basement. Sedangkan dua lantai lainya di atas permukaan tanah. Tiap lantai luasnya 800 meter persegi, Maka total luas bangunan 2.400 meter persegi. Dia mengakui,rumah sakit yang memiliki  fasilitas kedokteran nuklir sudah ada di beberapa kota lain seperti Bandung, Jakarta, dan Semarang. Di Jatim sendiri belum ada, termasuk di RSU dr Soetomo. Maka kalau jadi, RSUD BDH yang pertama di Jatim memiliki fasilitas kedokteran nuklir. “Biasanya keberadaan fasilitas kedokteran nuklir ini tergantung pada adanya jurusan kedokteran nuklir di kota tersebut. Kebetulan di Surabaya belum ada. Maka, kami menggandeng  rumah sakit yang sudah memiliki fasilitas kedokteran nuklir dan juga  melibatkan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional,red),” beber dia. Iman menambahkan, untuk dokter di RSU dr Soetomo sendiri ada dokter spesialis kedokteran nuklir. Dan nanti akan diperbantukan di RSUD BDH. Pemkot juga melakukan sosialisasi ke warga sekitar RSUD BDH terkait pembangunan fasilitas kedokterannuklir. Harapannya tidak ada ketakutan warga soal nuklir. “Sebab, ini untuk pengobatan,” kata dia. Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita mengatakan, menurut data, selama ini pasien-pasien yang membutuhkan penanganan selalu keluar kota, terutama pasien penyakit kanker.  “Mengapa kita buat kedokteran nuklir? Ini agar warga Surabaya tidak perlu keluar kota untuk mendapatkan pelayanan ini,”kata Feni, sapaan Febria Rachmanita. Menurut Feni, jumlah pederita penyakit kanker payudara  pada  2018 mencapai 5.635 jiwa. Kemudian 2019 mengalami penurunan menjadi 3.896 jiwa. Di samping itu, penyakit tertinggi setelah kanker adalah hiperteroid dan keganasan liver. “Penyakit semacam ini dapat diterapi menggunakan kedokteran nuklir, sehingga ini sangat penting untuk warga Kota Surabaya,” imbuh dia. Feni memastikan, pembangunan fasilitas kedokteran nuklir ini sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Bahkan, dalam setiap proses selalu didampingi pihak kepolisian, kejaksaan, tim ahli nuklir, akademisi dan BATAN. “Jadi, kami tidak sendirian, karena didampingi para ahlinya langsung. Termasuk alur layanan nuklir di RS BDH. Jadi, pelayanan ini sudah pasti aman dan tidak ada dampak untuk masyarakat di sekitar rumah sakit,” tegas dia.(udi/dhi)

Sumber: