Memprihatinkan! Penderita HIV/AIDS di Surabaya Naik Capai 1.026 Orang

Memprihatinkan! Penderita HIV/AIDS di Surabaya Naik Capai 1.026 Orang

Surabaya, memorandum.co.id - Kasus HIV/AIDS kembali menuai perbincangan, salah satunya karena terjadi peningkatan infeksi HIV di Kota Surabaya. Dinas Kesehatan (dinkes) Surabaya melaporkan, jumlah penderita HIV pada 2022 bertambah sebanyak 355 kasus. Dengan demikian, total ada 1.026 orang dengan HIV/AIDS di metropolis yang didominasi oleh kelompok usia pekerja. Naiknya penderita HIV/AIDS ini membuat Komisi D DPRD Surabaya prihatin. Karena itu, dewan mendesak agar Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya melakukan sejumlah upaya pencegahan yang lebih terukur. Di samping mengencangkan sosialisasi tentang perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penyakit menular seksual, dewan juga meminta Dinkes Surabaya untuk lebih proaktif dalam penanganan kepada para penderita agar tak semakin menulari. “Tentu kita prihatin. Jadi kita berharap, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS harus terus digencarkan. Dinkes juga perlu menjalin kerja sama yang baik dengan OPD terkait, para perusahaan, dan masyarakat untuk menguatkan informasi ini, mengingat penderita didominasi oleh kelompok usia pekerja atau karyawan,” ujar Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah, Rabu (14/9). Politisi PDI-Perjuangan ini mengungkapkan, ada sekitar Rp 3 miliar yang dialokasikan oleh dinkes dalam pos penanggulangan penyakit menular dan tidak menular. Anggaran tersebut, salah satunya digunakan untuk mensupplai antiretroviral (ARV). Khusnul menjelaskan, ARV merupakan obat yang didistribusikan dari pusat untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi. “Obat ARV ini harus rutin dikonsumsi oleh penderita. Sebab, sebagai salah satu upaya atau treatmen bagi mereka yang terjangkit HIV. Karena itu, kita minta yang saat ini sudah terjangkiti itu harus lebih berhati-hati dan disiplin dalam merawat diri,” tandas wakil ketua DPC PDI-P Surabaya ini. Sedangkan anggota Komisi D DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono mengatakan, dengan peningkatan penderita HIV ini, maka Pemkot Surabaya perlu berkonsentrasi melakukan tindakan untuk mencegah lonjakan berikutnya. Oleh karenya, dia mendesak perlu dilakukan tindakan strategis untuk pencegahan. “Mungkin dilakukan pemetaan di tiap kecamatan, sehingga masalah sosialisasi pencegahan tepat sasaran. Juga perlu mengkampanyekan kembali safety sex, serta dilakukan pengecekan gratis di setiap puskesmas di Kota Surabaya,” ujar Tjutjuk. Politisi PSI ini menambahkan, dinkes juga harus bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk menguatkan sosialisasi di lingkungan sekolah tentang bahaya HIV dan narkoba. “Kalau memungkinkan juga dilakukan tes HIV bagi pasangan yang mau menikah,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina tak memungkiri adanya penambahan kasus HIV/AIDS di Surabaya. Dia menyebut, penderita tersebar di seluruh Surabaya, namun paling banyak berada di Kecamatan Wonokromo. Sedangkan kelompok usia rentan terkena HIV/AIDS bergeser dari usia pelajar dan mahasiswa pada 2021 ke kelompok usia pekerja dan karyawan di tahun ini. “Kalau di Bandung adalah usia kuliah atau pelajar, sedangkan sekarang data di kami rentang usia 29 tahun sampai 40 tahun. Jadi para karyawan,” kata dia. Nanik menambahkan, sebagai langkah pencegahan, pihaknya terus melakukan sosialisasi. Selain itu, juga berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait. “Persoalan kesehatan penyelesaiannya tidak bisa kami sendiri, melainkan dengan menggandeng pihak-pihak terkait,” terangnya. Sementara untuk pengobatan kepada yang sakit, Nanik menjelaskan, pihaknya mendapatkan droping bantuan obat ARV dari Kemenkes RI. Kemudian didistribusikan ke 13 puskesmas dan 10 rumah sakit, baik milik pemda maupun swasta di Kota Surabaya. “Obat ini kita distribusikan ke puskesmas, namun tidak semua puskesmas mendapatkannya. Hanya puskesmas tertentu yang kita tunjuk untuk terapi pasien HIV/AIDS,” imbuh Nanik. (bin)

Sumber: