Istri Pembawa Bahagia dan Istri Pembawa Bencana (3)

Istri Pembawa Bahagia dan Istri Pembawa Bencana (3)

Tejo hanya menanggapi tawaran nikah vs Nunung dengan senyum. Hatinya bahkan sempat terbakar ketika Nunung menjelek-jelekkan Lili sebagai perempuan mandul yang tidak berguna. Kata Nunung, percuma jadi perempuan apabila tidak bisa mempersembahkan keturunan bagi suami, sindir Nunung. Dan, itu terjadi pada Lili. Dikatakan Nunung, Tejo sangat beruntung berjumpa dengannya, yang bakal menurunkan putra-putri ganteng dan cantik. Dan, Nunung bersumpah untuk itu. Sumpah mati. Tidak selaras dengan penampilannya yang tampak luwes dan lemah lembut, Nunung ternyata menyimpan pribadi yang panas. Brangasan dan sembronoan. Tingkah lakunya mirip Srikandi di dunia perkeliran. Di ranjang, Nunung bahkan seolah mampu mengubah diri bak singa padang pasir yang mencengkeram dan melumat lawan. Lelaki mana pun tidak bakal berkutik menghadapinya. Ini, bagi lelaki pemuja syahwat mungkin banyak dicari. Tapi, tidak begitu di mata Tejo. Baginya, Nunung tidak lebih dari hamba nafsu yang mengesampingkan unggah-ungguh budaya ketimuran. Yang justru menempatkan diri sebagai objek bagi lelaki genit. “Dan, aku aslinya muak dengan itu. Jijik. Kok bisa-bisanya seorang perempuan merendahkan harkat dan martabatnya dengan tingkah seperti itu. Tidak adakah cara lain untuk menyenangkan hati suami? Banyak! Sebenarnya banyak kalau kita mampu menempatkan diri sesuai maqam masing-masing,” kata Tejo seolah sedang berhadapan dengan Nunung. Seolah ingin meluruskan gerak hati orang yang kini jadi istrinya itu. Dalam kehidupan sehari-hari, Nunung seolah juga ingin menampilkan diri serba di atas rata-rata. Akhirnya yang dirasakan orang-orang di sekitar dia justru pandangan Nunung sebagai perempuan yang banyak maunya, perempuan pengatur,  sok tahu, sok pinter, sok kuasa, dll, dsb, dst. Selain itu, berbeda dengan Lili yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, Nunung justru menjadikan rumah hanya ibarat tempat singgah. Berbagai kegiatan dia ikuti. Bahasa kerennya, Nunung mengubah diri menjadi sosok sosialita. “Aku seperti memberikan kebebasan penuh kepadanya. Begitu ya? Tapi, yang terjadi bukan seperti itu. Aku justru tidak peduli apa yang dia lakukan. Mau jungkir balik di dalam rumah, silakan; mau koprol di halaman rumah, silakan; mau berjalan dengan tumpuan tangan, silakan. Mau apalagi, wong dasarnya aku memang tidak mencintai dia. Sikap dia justru menambah antipatiku kepadanya. Kalau dia bisa bersikap seperti Lili, mungkin lain ceritanya. Mampu menempatkan diri seperti perempuan sesuai kodratnya. Tidak seperti yang dia tunjukkan selama ini. Ngeri!” (jos, bersambung)    

Sumber: