Diduga Lakukan Kebohongan Publik, DPRD Surabaya Desak Kadinkes Dievaluasi

Diduga Lakukan Kebohongan Publik, DPRD Surabaya Desak Kadinkes Dievaluasi

Surabaya, memorandum.co.id - Anggota DPRD Surabaya Imam Syafi'i mendesak Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya untuk mengevaluasi Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Surabaya. Selain itu, Imam juga mendorong inspektorat untuk memeriksa kadinkes lantaran diduga telah melakukan kebohongan publik untuk menutupi buruknya layanan dan fasilitas kesehatan (faskes) di Puskesmas Keputih. "Personal yang gampang melakukan pembohongan tidak layak jadi pejabat publik. Jika terbukti memang bohong, sebaiknya dicopot saja dari jabatan kadinkes," tegas Imam Syafi'i, Rabu (31/8/2022). Hal ini bermula dari hasil sidak yang dilakukan oleh Imam Syafi'i pada Senin (29/8/2022). Dia mendapat aduan mengenai buruknya pelayanan Puskesmas Keputih. Yakni, adanya bayi berumur 2,5 tahun yang kejang-kejang dibawa orang tuanya ke Puskesmas Keputih untuk mendapat pertolongan pertama. Akan tetapi, saat dibawa pada Minggu (28/8) siang itu puskesmas yang buka 24 jam dan memiliki layanan instalasi rawat darurat (IRD) tersebut tak siap oksigen. Alhasil, bapak dan ibu bayi bergegas ke RS Putri yang tidak jauh dari puskesmas, lalu mendapat bantuan pernafasan oksigen melalui hidung. Kondisi si bayi kemudian membaik. Selidik, dari hasil sidak Imam Syafi’i yang ditemui kepala puskesmas Siti Rozaimah dan Maria salah satu dokter yang berjaga. Terungkap bahwa terdapat lima regulator tabung oksigen. Namun tiga regulator rusak setelah sering dipakai saat banyak pasien kena Covid-19. Sedangkan 1 regulator pada saat itu dipakai pasien yang sedang melahirkan, dan 1 regulator lagi dibawa ambulans puskesmas untuk bertugas di even olahraga di lapangan Mulyorejo. Pihak puskesmas sudah lama mengusulkan tambahan regulator tapi belum diberikan dinkes. Adanya pelayanan yang buruk ini lantas disesalkan oleh dewan. Menurut Imam, sulit diterima akal sehat jika regulator tabung oksigen dipakai gantian di IRD dan ambulans. Harganya juga tidak mahal. Hanya ratusan ribu. Tapi keberadaannya sangat vital untuk menyelamatkan nyawa. Setelah informasi tentang buruknya layanan & faskes Puskesmas Keputih itu viral, Kadinkes Nanik Sukristina lantas memberikan tanggapan. Menurut Nanik, berdasarkan pantauan kamera CCTV Puskesmas Keputih, pada Minggu (28/8) pukul 13.52 WIB, ibu pasien datang membawa anaknya yang berusia kurang lebih 5 tahun sembari berteriak meminta pertolongan pertama. Ibu itu meminta bantuan oksigen kepada petugas puskesmas untuk anaknya yang mengalami demam dan kejang. Dengan sigap, petugas puskesmas lantas mengambil tindakan segera, mulai dari memfasilitasi dan mempersiapkan pelayanan cepat. “Akan tetapi, belum sempat dilakukan pemeriksaan terhadap pasien sesuai SOP, ibu pasien kemudian meninggalkan puskesmas pada pukul 13.54 WIB dan langsung membawa pergi anaknya ke RS Putri,” kata Nanik. Nanik juga menerangkan bahwa ketersediaan peralatan serta oksigen di Puskesmas Keputih sudah memadai, di antaranya tabung oksigen kecil plus regulator sebanyak 8 unit, tabung oksigen besar plus regulator ada 4 unit dan stok regulator oksigen ada 2 unit. Setelah itu, Dinkes Surabaya memastikan kondisi pasien lebih lanjut pada Selasa (30/8) bersama petugas Puskesmas Keputih. Saat kunjungan ke rumah pasien, terpantau balita 5 tahun itu kondisinya sudah membaik dan sudah tidak mengalami demam tinggi. “Berdasarkan informasi dari ART di rumah tersebut, pasien keluar dari RS Putri pada Minggu 28 Agustus 2022, pukul 15.00 WIB,” ujar Nanik. Belajar dari kejadian ini, Nanik berharap bisa dijadikan bahan evaluasi dan perbaikan untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas seluruh Kota Surabaya ke depannya. “Terima kasih atas masukan terhadap kinerja kami di tingkat puskesmas, kami minta maaf apabila ada pelayanan yang kurang optimal,” tandasnya. Berangkat dari respons kadinkes tersebut yang kemudian membuat Imam Syafi’i kembali buka suara. Politisi NasDem ini naik pitam. Sebab keterangan kadinkes tidak benar dan hanya untuk menutupi buruknya pelayanan Puskesmas Keputih. Kebohongan keterangan kadinkes ada tiga hal. Pertama, jumlah regulator. Kedua, usia bayi. Ketiga, pernyataan kadinkes berbeda 180 derajat dengan yang disampaikan kepala Puskesmas Keputih dan dokter di IRD. “Jumlah regulator yang tersedia dalam kondisi baik di puskesmas tidak seperti yang disampaikan kadinkes. Ini bisa dibuktikan dengan foto yang dimuat media massa saat saya berada di IRD Puskesmas Keputih. Regulator tabung oksigen itu tidak selalu berada di IRD karena dipakai bergantian dengan mobil ambulans,” jelas Imam. Yang kedua, usia bayi pasien yang dibantah kadinkes dengan mengatakan usia bayi bukan 2,5 tahun tapi 5 tahun. Setelah dicek oleh Imam, ternyata usia bayi 2 tahun 10 bulan. "Kalau perlu saya tunjukkan akta kelahiran bayi," tegas mantan pimpinan redaksi salah satu stasiun televisi ini. Yang ketiga adalah pernyataan kadinkes berbeda 180 derajat dengan yang disampaikan kepala puskesmas dan dokter di IRD ketika bertemu Imam Syafii bersama tiga awak media. "Saya punya rekamannya dan saksi tiga awak media," kata Imam. Atas hal tersebut, anggota Komisi A DPRD Surabaya ini mendesak agar kadinkes dievaluasi. Bahkan, Imam mempertimbangkan menempuh jalur hukum untuk membuktikan siapa yang berbohong. Dirinya atau kadinkes. “Masih banyak stok ASN berintegritas dan jujur di Pemkot Surabaya. Ini sekaligus bisa jadi momentum jabatan kadinkes dikembalikan ke khittahnya, yaitu berlatar belakang dokter umum. Sehingga lebih peka dan kompeten menjadi pucuk pimpinan di OPD yang mengurusi dan melayani kesehatan warga Surabaya. Bukan antikritik dengan membuat kebohongan publik," ujarnya. Meski ada permintaan maaf atas kurang optimalnya pelayanan, beberapa pernyataan kadinkes dinilai oleh Wakil Ketua DPD NasDem Surabaya ini diduga banyak memuat pernyataan bohong. Terpisah, dokter R, ibu bayi berusia 2,5 tahun yang ingin namanya disamarkan ini menuangkan kekecewaannya. Selain kecewa terhadap pelayanan Puskesmas Keputih, dia juga menyesalkan pernyataan kadinkes yang tak sesuai fakta di lapangan. Dokter R yang bekerja di salah satu rumah sakit besar di Surabaya ini menjelaskan, bila pelayanan Puskesmas Keputih Sukolilo Surabaya sungguh buruk. Lantaran tak ada oksigen yang siap saat ada pasien yang membutuhkan pertolongan pertama. "Dalam bahasa medisnya, anak saya menderita KDS (kejang, demam, sederhana). Kalau tidak segera diberi oksigen bisa merusak syaraf secara permanen," kata ibu bayi yang juga dokter itu. Ahli virus ini kemudian menyampaikan pengalaman pahitnya itu kepada temannya, anggota DPRD Surabaya Imam Syafi'i. "Untuk menjadi bahan evaluasi. Supaya tidak menimpa pasien lainnya. Oksigen kan wajib ada. Apalagi di IRD, masaktidak siap oksigen," terang ibu tiga anak ini sembari membandingkan pelayanan di puskesmas tempat dinasnya dulu di Gunung Kidul, Jogja. Dia juga mengungkapkan tentang kedatangan lima petugas puskesmas ke rumahnya pada Selasa (30/8) siang setelah berita buruknya faskes di Puskesmas Keputih dimuat di sejumlah media massa. Petugas puskesmas disebut memaksa masuk rumah, yang pada saat itu membuat pembantu rumah tangga ketakutan, lalu dengan terpaksa membukakan pintu. "Mereka datang dengan ambulan, membuat heboh tetangga," kata dokter R. Saat itu, dirinya sedang bekerja. Menurut dia, semestinya kedatangan petugas puskesmas harusnya sesuai protap dan beretika ketika melakukan kunjungan dan surveilance ke rumah pasien. Seperti misalnya konfirmasi terlebih dahulu atau meminta izin kepada tuan rumah. "Ini asal nylonong aja," tandasnya. Bahkan, petugas tersebut sampai masuk masuk ke kamar bayi tanpa diundang oleh orang tua bayi. Padahal kondisi bayi berumur 2 tahun 10 bulan tersebut masih dalam masa penyembuhan. "Hari Minggu kemarin pulang dari RS Putri sekitar pukul 16.00. Dokter menyarankan rawat inap, namun saya bilang tidak perlu. Saya ingin mengawasi sendiri di rumah dengan berkonsul pada Profesor Subi. Saat ini, kondisi anak saya membaik,” tuntas dokter R. (bin)

Sumber: