Nasib Keluarga Perempuan Mantan Play Girl (4)

Nasib Keluarga Perempuan Mantan Play Girl (4)

Minimal ia ingin mencari “investor” lain selain Ilham. Yang sanggup menanamkan benih agar bisa mewujudkan mimpi berperut buncit. Nakal, tapi itulah yang ada di benak Kokom. Mumpung isu Ilham hendak menikah lagi belum terjadi. Obsesi itu semakin lama semakin tebal, seiring dengan kenyataan semakin banyak pula perempuan di luar sana yang menunjukkan betapa gampang mereka hamil, melahirkan, menyusui bayinya, dst-dst. Kabar Ilham menikah lagi tambah santer, tapi Kokom takut menanyakannya. Kokom akhirnya gelap mata. Dia nekat menemui Gagah dan mempengaruhinya agar mau menjadikannya bunting. Hamil. Berbagai cara dia lakukan. Rupanya Kokom menjatuhkan harga dirinya serendah-rendahnya. Namun, Gagah menanggapinya dengan tegas. Dia menyatakan tidak mau merusak kehormatan mantan kekasihnya itu. “Aku malu. Dia selalu berusaha menghindar. Terakhir, dia malah menyatakan penolakannya dari balik pintu, lantas menutupnya keras-keras,” aku Kokom dengan nada pelan. Kokom tidak patah arang. Dia menemui mantannya yang lain. Cakep meski bokek. Tapi kali ini yang dikejar bukan lagi kekayaan, melainkan hanya investasi janin. Cocok karena mantannya yang ini, sebut saja Indra, otaknya tergolong encer. Pas untuk diharapkan hasil reproduksinya. Sangat gampang menggaet Indra. Semudah membalik telapak tangan. Mak-sret langsung klepek-klepek. Kenyataan bahwa dia sudah menikah, dan istrinya jauh di bawah standar kualifikasi cantik, mungkin sedikit banyak ikut berpengaruh. Buktinya, setiap diminta menanamkan investasi, Indra memohon hal itu dilakukan secara berulang. Begitu selalu sekali sesi. Tidak lebih dari lima bulan, Kokom benar-benar hamil. Perselinguhan pun disetop. Indra sempat kelabakan, tapi Kokom tak peduli. Wong tujuannya sudah tercapai. “Aku nggak tega-tega amat kepada Indra. Aku hargai perjuangannya selama ini. Dia kukasih imbalan Rp 250 juta. Cukup kan?” tanya Kokom. Bersamaan dengan PHK (pemutusan hubungan kisruh) terhadap Indra, Kokom mengabarkan kepada Ilham bahwa dia sudah hamil. Tentu kabar ini disampaikan dengan gembira. Berbunga-bunga. Tapi tak disangka, penerimaan Ilham datar-datar saja, bahkan cenderung kaget. Alis matanya terangkat dengan mimik seperti kena sengatan kalajengking. Tapi, itu tak lama. Suaminya segera memeluk Kokom dan membenamkan kepala sang istri ke dadanya. Saat itulah Kokom mendengar detak jantung suaminya yang tidak beraturan. Kokom merasa Ilham sedang berusaha kuat menahan amarah. Tapi dia tidak tahu, kenapa harus marah? (jos, bersambung)  

Sumber: