Mbah Yit Pamerkan 23 Lukisan di Balai Kota Malang

Mbah Yit Pamerkan 23 Lukisan di Balai Kota Malang

Malang, Memorandum.co.id - Pameran lukisan tunggal karya pelukis Suyitno yang akrab disapa Mbah Yit bertajuk ‘Malang Nuswantara Untuk Indonesia’, digelar di Lobby Balai Kota Malang, Minggu – Jumat (7-12/8/2022). Mbah Yit, pelukis kelahiran Banyuwangi tahun 1953 ini memamerkan sebanyak 23 lukisan berbagai ukuran bertemakan relief candi dengan menggunakan teknik palet yang menjadi ciri khasnya. Direktur PT Galarindo, Heksa Galuh Wicaksono menyampaikan, gelaran pameran karya Mbah Yit pada tahun 2022 ini digelar di tiga kota atau kabupaten. “Sebelum di Kota Malang, karya Mbah Yit ini kami pamerkan di Kota Blitar. Rencananya, pameran ketiga di Yogyakarta atau Kediri,” katanya. Di beberapa pameran, karya lukis Mbah Yit ini menurutnya mendapatkan apesiasi positif dari pengunjung. “Respon pengunjung sangat bagus, pameran ini berbobot memiliki kualitas seni yang bagus. Salah satu kolektor kita di Blitar, Djarot Syaiful Hidayat, mantan Wagub DKI (Jakarta, red) sudah mengoleksi produk kita,” ujarnya. Galuh menjelaskan Mbah Yit menekuni denagn serius dunia seni lukis setelah pensiun dari PT. PP Contruction & Investment tahun 1997. “Mbah Yit sudah melukis sejak muda tapi setelah pensiun serius melukis dengan aliran eksprsionis dengan sedikit abstrak,” kata penggiat seni disela pameran. Pengalam bekerja di teknik sipil tersebut akhirnya menguatkan proses kreatif Mbah Yit melukis dengan teknik palet. “Mbah Yit ini lebih hebat di teknik palet karena kebiasaan masang bata dan pekerjaan sipil lainnya. Dibandingkan plotit gaya Affandi saya lebih suak dengan gaya Mbah Yit,” terang Galuh. Pameran di Kota Malang pada bulan Agustus ini menurut Galuh juga untuk memperingati Hari Kemerdekaan RI untuk menguatkan nasiionalisme dan patriotisme melalui seni lukis. “Kita harus berdaulat di bidang politik, ekonomi dan budaya. Ini kekuatan budaya kita. Pancasila diambil dari akar tradisi bangsa Indonesia, buktinya mana?. Tradisi itu bisa perilaku sehari-hari, tradisi otentik yang terekam di relief candi,” urai Galuh. Diantara karya yang dipamerkan, terdapat lukisan sepasang burung merak berkepala manusia yang menggambarkan kesetiaan pasangan suami istri. “Mestinya burung Angsa, tetapi Mbah Yit mengkreasikannya dengan burung Merak,” ulas Galuh pada beberapa lukisan yang dipamerkan. (ari)

Sumber: