Jatuh Cinta kapada Purel di Sebuah Rumah Hiburan (6)
Sekitar setengah jam berkutat, satu per satu karyawan diskotek keluar. Saat itu dia melihat sosok perempuan berjilbab di antara mereka. Aneh. Siapa orang bener yang keluyuran di tempat seperti ini? Ketika dia lewat dekat mobil yang mogok untuk menuju parkir motor, keterkejutanku makin menjadi. Wajahnya mirip Rini. Tapi benarkah? Hery menyapa untuk memastikan, tapi dia terburu menjauh. Suaranya ditelan gemuruh mesin-mesin kendaraan. Kesempatan untuk memastikan bahwa perempuan itu Rini baru ada ketika mereka ketemu kali kedua. Juga di diskotek itu. Ternyata benar. Rini membenarkan bahwa dirinya memang memakai jilbab. Namun terpaksa buka-tutup, karena perusahaan tempatnya bekerja melarang memakai pakaian seperti itu waktu kerja. Nggak lucu, purel kok berjilbab. “Terpaksa,” aku Rini. Dua peristiwa tadi benar-benar mengejutkan. Keterpikatan akhirnya membawa Hery melangkah ke kos-kosan Rini di Kampung Malang. Berbekal alamat yang diperoleh dari Angel. Tapi, dia me-wanti-wanti agar aku tidak mengaku mendapat alamat ini dari dia. Rini sendiri tidak pernah mau menunjukkan alamat kosnya. Dia hanya bersedia memberikan nomor HP. Waktu itu sore, menjelang Ashar. Tidak sulit menemukan alamatnya. Sebuah rumah sederhana. Tampaknya Rini memilih kos di rumah keluarga. Bukan tempat kos yang dikelola profesional dan dibangun dengan kamar berderet-deret, bahkan bertingkat. Seorang perempuan sepuh menyambutku. Usianya sekitar 70-80. “Madosi sinten?” tanyanya. Ketika disebutkan nama, dia meminta masuk rumah dan duduk di ruang tamu ukuran 3 x 3 meter. “Priyantunipun tesih ngaji,” katanya. Samar-samar terdengar lantunan ayat suci, “Kullamaa aradu ay yakhruju minha min gammin u’idu fiha wa zuqu azabal hariqi.” Kalau tidak salah ini adalah surat Al Hajj, tapi aku lupa ayat berapa. Kalau tidak salah berbicara soal siksa neraka. Sepuluh menit setelah alunan surat Al Hajj selesai, Rini muncul dari balik korden pembatas ruang tengah dengan ruang tamu. Kami pun saling mengucapkan salam, menunduk, dan menaruh tangan dalam posisi terkatup di dada. Wajah polos Rini tanpa polesan make up malah jauh lebih cantik dari sebelum-sebelumnya. Hery kaget. Jilbab panjang yang membungkus lebih dari separuh tubuh makin menjadikan perempuan ini tampak anggun. (jos, bersambung)
Sumber: