Suku-Suku Nusantara Deklarasi Merawat Kedamaian Sumenep
SUMENEP - Enam suku yang berdiam di Sumenep, suku Mandar, Bugis, Bajo, Arab, Tionghoa, dan suku Madura, menggelar deklarasi merawat kedamaian, Sabtu (17/11) malam. Kegiatan itu juga diisi dengan parade kesenian masing-masing daerah. Suku Madura menampilkan Tari Sintung dan pencak silat Pamor Madura; Arab menampilkan Gambus klasik; Suku Mandar menampilkan Tari Patuddu, Tari Paduppa Bugis; Pamanca dari suku Bajo; dan atraksi Barongsai mewakili Tionghoa. Event yang diprakarsai Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) tersebut, mendapat apresiasi positif dari seniman, budayawan dan sesepuh suku-suku nusantara. Saat menyampaikan kesan dan pesan di sela-sela deklarasi, tokoh suku menyampaikan terima kasih kepada panitia yang telah menggagas acara tersebut. Sebab menurut mereka, selama ini suku-suku minoritas yang berada di wilayah kepulauan jarang mendapat tempat untuk menampilkan kesenian dan budayanya secara bersama-sama. Apresiasi positif juga datang dari Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep, Edi Rasiyadi mewakili Bupati A. Busyro Karim. Menurutnya, keberagaman harus dijaga bersama. Diibaratkan pelangi, meski terdiri dari banyak warna namun menjadi indah saat bersatu. "Meski kita terdiri dari banyak suku namun kita tetap satu bendera yaitu merah putih. Keberagaman itu adalah rahmat dan karunia dari yang Maha Kuasa. Jadi harus dijadikan kekuatan bukan malah perpecahan," ujar Edi. Edi menambahkan, sejak dulu Kabupaten Sumenep menjadi simbol keberagaman bangsa. Hal itu terlihat dari arsitektur Keraton Sumenep dan Masjid Jamik yang merupakan perpaduan desain bangunan ala Eropa, Arab dan China. "Keragaman bukan sebagai ancaman tapi sebagai bahan kemajuan," imbuh Edi. Sementara Kepala Bappeda Sumenep Yayak Nurwahyudi menjelaskan, tema "Pelangi di Sumenep" diambil karena keberagaman suku-suku nusantara yang berada di Sumenep terusĀ terawat. Pihaknya berharap, kedamaian yang terpupuk sejak lama wajib diteruskan oleh generasi muda dan diharapkan tidak mudah terpancing dengan isu-isu tidak jelas yang mengancam kerukunan. "Terima kasih kepada tokoh suku yang telah hadir. Sumenep terdiri dari banyak suku ini harus dijaga, dan kerukunan itu wajib," harap Yayak. Sementara Ketua KJS Rahmatullah menyampaikan, pihaknya terpanggil untuk melaksanakan event tersebut sebagai upaya menangkal konflik antar suku dan etnis yang akhir-akhir ini sering terjadi di daerah lain. Selain itu, ia ingin membuktikan bahwa Sumenep daerah yang damai bagi pendatang. (adv/aan/tyo)
Sumber: