Gara-Gara Uang Belanja Berkurang Istri Selingkuh (2-habis)
Susah Payah Cari Nafkah Tidak Dihargai
Dua bulan berjalan sikap Dewi masih tetap sama. Yang membuat Deni sedih lagi, ia kini tak pernah mendapatkan ‘jatah’ layaknya suami istri. "Dia selalu beralasan capek. Lagi menstruasi dan apalah. Aku hanya bisa menerima semua itu. Karena aku sadar tak mencukupi kebutuhan keluarga secara penuh," katanya sedih. Hingga pada suatu saat, aku mendengar selentingan dari mulut tetangga bahwa rumah kontrakanku beberapa kali didatangi oleh lelaki. "Waktu aku di warung kopi di depan rumah kontrakanku, penjaga warungnya berbisik kepadaku. Katanya ada seorang lelaki yang sering datang menemui Dewi," papar dia. Mendengar laporan itu, Deni masih tak percaya. Ia tak pernah menaruh curiga kepada Dewi. Ia percaya bahwa istrinya itu bukan tipe wanita yang suka selingkuh. "Aku katakan kepada penjaga warung, mungkin itu adiknya atau saudaranya. Karena Dewi juga pernah bilang bahwa adiknya sering mampir ke rumah untuk membawakan makanan atau kebutuhan lainnya," jelasnya. Sepulang dari warung kopi itu, Deni tak menegur Dewi. Dia masih menganggap itu hanya obrolan warung yang tak perlu ia tanggapi. Sebab, dirinya hanya konsen bagaimana mencukupi kebutuhan rumah tangganya. "Aku pikir itu hanya obrolan warung. Tidak aku tanggapi," tukasnya. Lama setelah itu, Deni kembali mendapat kabar jika kedatangan laki-laki ke rumahnya menjadi pergunjingan tetangga sekitar. "Aku lalu berusaha menanyakan ke Dewi. Dia bilang itu sodaranya. Anak laki-laki dari pamannya. Terkadang juga adik laki-lakinya," kata Deni. Mendengar pengakuan Dewi, Denipun hanya bisa percaya. Ia tak menaruh rasa curiga. Dia tak ingin konsetrasinya untuk mencari nafkah terganggu gara-gara isu istrinya selingkuh. "Pokoknya yang aku pikirkan hanya mencari uang. Gak pernah mikir macam-macam," ungkapnya. Hari-hari pun berlalu, kabar perselingkuhan Dewi semakin santer terdengar. Pikiran Deni mulai terusik. Ia menjadi tak konsen dengan pekerjaannya. "Pada hari itu, aku resah. Pikiranku melayang-layang. Aku mulai kepikiran dengan omongan para tetangga. Akhirnya, aku memutuskan untuk kembali ke rumah lebih awal," katanya. Setelah sampai di depan rumah kontrakannya, Deni melihat kondisi rumah dalam keadaan sepi. Pintunya tertutup rapat. Deni berpikir kemana istri dan anaknya. "Begitu aku masuk. Aku melihat anakku sedang asyik bermain sendiri sambil menonton televisi film kartun kesukaannya. Lalu aku masuk ke dalam untuk mencari Dewi. Saat itu aku sengaja tidak memanggil namanya," ucapnya. Sesampainya di kamar belakang, Deni melihat pemandangan yang membuat darahnya berdesir. Dewi ternyata benar-benar selingkuh. Ia sedang melakukan hubungan intim dengan seorang pria. "Dengan luapan emosi, aku langsung dobrak pintu kamar tempat dia bersama laki-laki itu. Dewi dan selingkuhannya terlihat sangat kaget akan kedatanganku. Segala umpatan ku ucapkan kepada mereka berdua. Lalu aku pergi ke anakku yang masih asyik bermain," geramnya. Deni kemudian pergi meninggalkan rumah bersama buah hatinya. Anak semata wayangnya itu ia titipkan ke orang tuanya. Kemudian Deni kembali ke rumah dan mendapati Dewi sudah sendirian. "Setelah kembali ke rumah. Selingkuhan Dewi sudah tidak ada. Aku segera menuju ke kamar untuk mengemasi bajuku dan anakku. Dewi menghampiriku dan meminta maaf sambil menangis. Tapi tidak aku gubris. Setelah selesai mengemasi, sebelum keluar rumah aku bilang padanya, aku akan menceraikannya," kata Deni. Mengetahui Deni mengucapkan kata cerai. Dewi langsung menarik tangan Deni. Tapi keputusan Deni sudah bulat. Ia merasa sangat dikhianati, hatinya hancur. Wanita yang selama ini ia perjuangkan ternyata selingkuh saat ia mencari nafkah dengan susah payah. "Aku tak bergeming saat ia memohon kepadaku. Tekadku sudah bulat. Aku ceraikan dia," paparnya. (jak/ono-habis)Sumber: