Pernikahan Pemuda Dingin vs Pembantu (3-habis)
Tidak Pernah Disentuh Sama Sekali
Tidak lama kemudian pernikahan pun digelar. Sederhana sesuai permintaan Rio. Hanya ada akad nikah dan selamatan kecil di rumah. Tidak ada pelaminan. Yang diundang pun terbatas keluarga dekat dan tetangga kiri kanan rumah. “Walau begitu, Siti tampak bahagia. Paling tidak, itu yang saya lihat, walaupun ibunya merasakan ada ketidaktulusan,” kata Sahid seperti ditirukan Win. Sebenarnya wajar apabila Siti bermuka agak masam. Sebab, sepanjang akad nikah dan selamatan yang digelar di di ruang tamu, Rio tak pernah menampakkan wajah segar. Pembawaannya suntuk melulu. Peristiwa selanjutnya tidak kalah mengherankan Sahid dan istrinya. Usai acara, Rio bukannya masuk kamar tidur tamu yang sengaja dihias sedemikian rupa sebagai kamar pengantin, melainkan masuk kamar tidurnya sendiri. Ketika diingatkan, Rio mengatakan ingin istirahat dulu sendirian. Biar Siti dulu yang masuk kamar pengantin. Dia akan menyusul. Namun hingga hari berganti pagi, Rio tidak pernah keluar dari kamarnya. Saat sarapan hal ini jadi pembicaraan di meja makan. Bu Sahid bertanya kenapa Rio tidak pindah ke kamar pengantin? Pemuda tersebut mengaku ketiduran karena sebelumnya sangat lelah. Hari itu Rio tak bisa beralasan lagi. Setelah sarapan dia dipaksa bapak dan ibunya masuk kamar pengantin bersama Siti. Meski terlihat ogah-ogahan dan ragu, mereka masuk kamar bersama. “Setelah mereka di dalam, kami mencoba mendengar apa yang terjadi di dalam dengan menempelkan telinga di daun pintu. Ternyata sepi. Bahkan hingga lebih dari setengah jam, tidak terdengar apa-apa,” kata Win menirukan ucapan Sahid. Ternyata bukan hanya kamar pengantin yang sunyi sepi. Sejak pernikahan Rio vs Siti, suasana di meja makan pun terasa hampa. Tidak pernah terdengar suara Rio maupun Siti. Kalau tidak diajak ngomong, mereka selalu menutup mulut masing-masing dengan rapat. “Hingga suatu saat Sahid bertanya kepada keduanya apakah ada sesuatu sehingga mereka berubah menjadi pendiam,” kata Win, yang menambahkan bahwa Sahid menyadari Rio dan Siti memang pendiam. Dengan muka menunduk sambil meneruskan menyuap makanan, Rio mengaku tidak ada apa-apa. Hal tersebut dibenarkan Siti dengan anggukan. Tanpa suara atau sekadar mengangkat wajah. Kondisi ini tentu tidak mengenakkan Sahid. Suatu saat ia minta istrinya bertanya kepada Siti apa yang sebenarnya terjadi. Walaupun dia sendiri sudah menduga apa yang terjadi, Sahid hanya ingin memastikan. “Ternyata benar. Seperti dugaan Pak Sahid, Siti tidak pernah disentuh Rio. Di dalam kamar mereka bahkan tidur terpisah. Siti di atas tempat tidur, Rio lebih suka di lantai yang dialasi bed cover,” kata Win. Siti bahkan berterus terang sudah tidak tahan diperlakukan seperti itu. Dia minta agar segera diceraikan dari Rio dan kembali ke desa. “Akhinya Pak Sahid minta tolong saya,” pungkas Win. (jos, habis)Sumber: