Perkawinan Segitiga Sama Mindoan (4-habis)
Syukuran Kehamilan Istri Pertama
Sidang perceraian Badar-Wiwik masuk tahap mediasi. Di sisi lain, Wanda kembali berusaha merebut hati Badar dengan berbuat yang terbaik untuk sang suami. Dia sering memasakkan menu kegemaran suami, memijat Badar sepulang dari mana pun, dan yang lucu—ini diungkapkan Badar—Wanda berusaha menyervis suami di ranjang dengan aneka gaya kekinian. Segala posisi ditawarkan. Wanda yang berharap Wiwik mau mengurungkan niatnya menggugat cerai Badar berubah sikap terhadap madunya itu. Dia sering mengirimkan buah, aneka vitamin, dan masakan lain kepada mindoan sekaligus madunya itu. Wanda sadar bahwa anak yang dikandung Wiwik juga anaknya. Walaupun bukan dari rahim sendiri. “Mereka menjanjijkan umrah bersama setelah Wiwik melahirkan dan anaknya bisa diajak bepergian jauh,” kata Badar. Dijelaskan Badar, saat ini dia menunggu keputusan Wiwik. “Saya tidak bisa memaksa dia untuk mempertahankan rumah tangga kami. Jujur, aku akui bahwa aku yang salah. Terlalu ego,” aku Badar, yang menambahkan bahwa sidang dilanjutkan minggu depan. Waktu berlalu. Lima bulan kemudian Memorandum baru ingat dan menelepon Badar, menanyakan kabar hasil sidangnya. “Alhamdulillah Mas, kami tidak jadi cerai,” kata Badar, disusul dengan tawa renyah. Diakui Badar, pada dasarnya Wiwik dan Wanda memang sama-sama baik. Kini keduanya hidup rukun di rumah Waru. “Wanda sempat tak terkontrol mungkin karena dia gelo melihat Wiwik bisa hamil dengan suaminya. Dalam usia perkawinan yang singkat. Padahal, dia sudah lama hidup bersama Badar. Tapi, itu hanya emosi sesaat,” tutur Badar. Di sisi lain, Wiwik kecewa terhadap Wanda yang dinilai tidak tulus berbagi cinta dengannya. Badar kemudian mengundang Memorandum ke rumahnya beberapa hari kemudian. Ketika Memorandum sampai di rumah mereka, ternyata ustad teman Badar sudah ada di situ. Kami duduk berbincang di ruang tamu. Tiiba-tiba muncul Wanda dan Wiwik. Mereka membawa saabrek makanan. Ada banyak menu. Ada menu ala masakan Padang. Ada Chinese food, Dan tak ketinggalan: tempe mentah penyet sambal terasi. Badar menyusul. Dia membawa dua teko di tangan kanan dan kiri. Yang satu berisi kopi, yang satu berisi teh. “Kita pesta sejenak. Aku sengaja mengundang Mas Jos dan Ustaz hari ini,” kata Badar. “Mudah-mudahan masakan-masakan ini tidak mengecewakan,” imbuhnya. “Ini pesta dalam rangka apa?” tanya Memorandum. “Syukuran,” sahut Badar. Diawali senyum, Badar mengatakan bahwa dia wajib bersyukur atas karunia Allah yang diberikan kepadanya. Karunia besar seperti yang pernah dikaruniakan kepada Nabi Ibrahim salallahu alaihi wassalam. “Wanda hamil,” kata Badar sambil tersenyum. (jos, habis)Sumber: